Dalam sebuah maqalah yang ditulis di Ib.time pesan KH. Ahmad Dahlan dituliskan:
“Menjaga dan memelihara Muhammadiyah bukanlah suatu perkara yang mudah. Karena itu aku senantiasa berdoa setiap saat hingga saat-saat terakhir aku akan menghadap kepada Illahi Rabbi. Aku juga berdoa berkat dan keridlaan serta limpahan rahmat karunia Illahi agar Muhammadiyah tetap maju dan bisa memberikan manfaat bagi seluruh ummat manusia sepanjang sejarah dari zaman ke zaman.”
Pernyataan ini menunjukan sebuah nalar berfikir yang sangat dalam, beliau adalah seorang yang memiliki daya spiritual yang sangat tinggi, kekuatan makrifatullah yang sangat dalam, sehingga ungkapan di atas muncul.
Nalar Irfani adalah sebuah jalan untuk mendapatkan pengetahuan dengan makrifat dan pengalaman spritual.Nalar ini muncul karena pengalaman mendalam akan realitas, kekhusyukan ibadah, perenungan dan intuisi yang bersih.
Ungkapan KH. Ahmad Dahlan menunjukan bahwa beliau orang yang memiliki kesadaran universal bahwa kehidupan ini terbatas dan kekuatan manusia terbatas. Hal ini ditunjukan pada statemen beliau Menjaga dan memelihara Muhammadiyah bukanlah suatu perkara yang mudah. Beliau sangat sadar diri bahwa menjaga Muhammadiyah bukan perkara yang mudah, karena beliau sadar kekuatan dan waktu beliau hidup di dunia. Sehingga kesadaran universal ini melahirkan sikap bergantung (tawakkal) kepada Allah SWT sebagai Zat yang akan selalu menolong manusia.
Sifat sadar diri sangat penting dalam hidup, karena orang yang selalu menganggap diri mampu, bangga diri (ujub) akan terlena (ghurur) sehingga dia akan jatuh pada saatnya. Sebagaimana sebuah atsar Kam min maghrurin bi satr betapa banyak orang lalai terlena karena tidak sadar diri, mengetahui kekurangan dirinya. Sikap ini jangan sampai ada pada diri manusia karena akan menjadikan dia ke depan menjadi sombong. Dan KH. Ahmad Dahlan telah menyeladankan kesadaran ini kepada kita.
Dengan kesadaran diri ini KH. Ahmad Dahlan senantiasa melakukan jalan spiritualitas dengan berdo’a, agar Muhammadiyah maju sampai kapanpun. Do’a sangat diyakini oleh beliau sebagai sebuah kekuatan tanpa batas, karena bentuk pengakuan hamba kepada kuasa Allah SWT, oleh sebab itu, orang yang tidak mau berdo’a disebut sebagai orang yang sombong.
Yang membedakan doa beliau dengan kebanyakan orang adalah beliau fokus berdo’a untuk kebermanfaatan dan keberlangsungan Muhammadiyan, kalau kita kadang fokus berdo’a untuk diri sendiri. Ini menunjukkan visi kebermanfaatan telah menyatu dalam diri beliau. Indikasi bahwa wawasan Irfani yang sangat kuat pada kesatuan eksistensi (wihdatul wujud). Dalam nalar Irfani semua makhluk adalah manifestasi Tuhan, sehingga memberi kebermanfaatan adalah bentuk pengabdian dirinya kepada Allah SWT.
KH. Ahmad Dahlan berdo’a agar kebermanfaatan Muhammadiyah senantiasa di rahmati dan di ridhoi Allah SWT. Beliau sangat memahami bahwa secara Irfani, rahmat dan ridho adalah kekuatan yang sangat besar. Seluas apapun manfaat tanpa rahmat Allah SWT maka tidak bermakna, karena akan berujung pada kerusakan (istidraj). Kebermanfaatan yang di rahmati seperti sebuah jalan yang diberi cahaya yang terang, sehingga mudah dilewati dan akan sampai pada tujuan tertinggi, yaitu Ridho Allah swt.
Semua aktivitas dan kebermanfaatan Muhammadiyah harus dalam rangka meraih ridho Allah swt, yaitu rasa senang dan puasnya Allah swt kepada apa yang kita lakukan. Sehingga butuh keikhlasan, dan senantiasa mengikuti jalan sunnah Rasulullah SAW. Seakan KH. Ahmad Dahlan sangat faham, bahwa kedepan Muhammadiyah akan besar dan banyak yang datang untuk bukan memeberikan manfaat, tapi sekedar mencari manfaat bahkan merusak. Bukan dengan ikhlas tapi sebuah kepentingan duniawi. Oleh sebab itu KH. Ahmad Dahlan menjaga persyarikatan ini dengan doa walau sampai akhir hidupnya.
Banyak yang tidak memahami, bahwa doa sangat luar biasa. Apalagi dengan gempuran tekhnologi yang menimbulkan instant effect semua serba instan, tidak sabaran, serta paham materialisme yang membuat manusia butuh sesuatu yang nyata, maka manusia lebih yakin dengan aktivitas nyata dan lupa berdoa bahkan doa hanya formalitas. Seharusnya teladan berdo’a KH Ahmad Dahlan harus terus di tumbuhkan sebagai jalan spiritualitas, ikhtiar langit dalam rangka ketundukan dan pasrah kepada Allah swt.
Saya yakin Muhammadiyah sampai hari ini hasil dari doa yang tulus KH Ahmad Dahlan, sehingga dapat melintas zaman. Karena beliau menyadari, umur bisa terbatas, tapi doa tidak terbatas. Beliau memahami wawasan Irfani bahwa ada hubungan kehendak ilahi dari zaman ke zaman. Sehingga beliau terus berdo’a agar doanya bersambung secara linier dengan kehendak Allah swt (taufiq) dalam menjaga Muhammadiyah sepanjang zaman.
Inilah kedalaman Irfani KH Ahmad Dahlan yang sangat luar biasa, yang seharusnya kita sebagai warga Muhamamdiyah juga membangun nilai-nilai irfaniyah ini agar tidak terjebak pada rutinitas dan realitas yang sangat membuat manusia mengalami banyak kekeringan jiwa.