Kamis, Desember 5, 2024
BerandaArtikelSeri Profetika Puasa: Siddiq: Leadership Value 1

Seri Profetika Puasa: Siddiq: Leadership Value 1

Satu nilai profetika puasa yang harus dipahami oleh seorang pemimpin adalah nilai kejujuran (siddiq). Inilah nilai kepemimpinan pertama yang harus dihadirkan dalam diri seorang pemimpin. Nilai kejujuran akan hadir dengan mengoptimalkan puasa Ramadhan dengan baik, karena puasa adalah amaliah yang hanya diketahui oleh manusia dengan Tuhanya. Yang menyebabkan baik tidaknya puasa adalah kejujuranya. Bisa saja dirinya berbuka, dan orang lain tidak memahaminya.

Seorang pemimpin harus memiliki nilai kejujuran sebagai karakter utama dirinya, karena kejujuran adalah awal dari segala kebaikan. Sedangkan ketidak jujuran akan mengantarkan pada keburukan yang tiada hentinya. Dalam aspek kepemimpinan, seorang pemimpin harus membangun nilai kejujuran pada beberapa hal :

Yang pertama, Kejujuran Iman

Seorang pemimpin yang lahir dari Puasa Ramadhan harus memiliki kejujuran Iman, karena sah tidaknya puasa karena imannya. Seorang pemimpin yang jujur imannya, tidak akan pernah membohongi orang lain, karena dirinya selalu merasa diawasi oleh Allah SWT. Sehingga dirinya tidak akan melakukan yang Allah SWT telah tetapkan larangannya.

Kejujuran Iman akan menyelamatkan seorang pemimpin dari segala penyimpangan, karena tanpa aturan pun, imannya akan membimbingnya. Dia harus berbuat apa dan bagaimana, maka imannya akan membimbingnya. Dia akan memimpin dengan baik, karena dia merasa takut akan tanggung jawab di akhirat kelak.

Kejujuran inilah integritas diri yang sangat tinggi bagi seorang pemimpin. Integritas sendiri merupakan sikap yang konsisten atas prinsip, tindakan, dan nilai-nilai yang ada dalam diri. Umumnya, orang dengan integritas kuat memiliki pribadi jujur dan karakter yang kuat. Ia juga sadar akan hubungannya dengan orang lain. Itulah mengapa integritas menjadi karakter pertama yang wajib dimiliki seorang pemimpin. semua itu tidak akan hadir tanpa kejujuran iman yang penuh keyakinan kepada Allah SWT.

Yang Kedua, Kejujuran Ilmu

Kejujuran ilmu adalah value puasa dari bagaimana mampu menjalankan puasa sesuai syarat dan rukun yang telah ditetapkan. Seorang pemimpin hendaknya mampu jujur dengan ilmu yang sudah dia fahami, jangan sampai melacurkan ilmu demi kepentingan sesaat. Rusaknya suatu bangsa karena banyak pemimpin yang menjadikan ilmu pengetahuan sebagai senjata politik, bukan untuk membangun kemaslahatan.

Demi kepentingan sesaat harus mengorbankan idealisme ilmu, dengan berbagai alasan, untuk kepentingan ekonomi, kerjasama dan sebagainya. Akhirnya banyak yang dikorbankan, hutan dirusak, sungai berlimbah dan lain sebagainya. Semuanya selalu sudah melalui kajian ilmiah dan pertimbangan akademis.

Seorang pemimpin harus meletakan ilmu diatas kekuasaan, sehingga kekuasaanya dibimbing oleh iman dan ilmu yang dipahami, bukan dibimbing dengan kepentingan politik dan sesaat. Begitu juga dalam memilih pejabat, hendaknya pemimpin jujur dengan konsep ilmu yang ada, bukan dengan kepentingan yang berlaku, akhirnya tidak sesuai dengan the right man the right place

Yang Ketiga, Kejujuran Aturan

Kejujuran yang ketiga bagi seorang pemimpin adalah Jujur dengan aturan. Aturan yang sudah dibuat dan disepakati hendaknya ditegakan oleh seorang pemimpin. Dia tidak boleh mengubah aturan demi kepentingan sesaat yang memang bertentangan dengan nilai-nilai kebenaran. Aturan adalah batasan-batasan yang harus dijalankan, kecuali ada unsur dharuri yang memang harus memaksa mengalihkan aturan.

Banyak pemimpin tidak mampu menegakkan aturan dengan baik, karena mereka tersandera dengan berbagai ikatan emosional baik berawal dari urusan politik, keluarga, uang dan lainya. Maka pemimpin yang baik harus mampu jujur dalam menegakan aturan walaupun pahit untuk dirasakan oleh anggotanya.

Yang keempat, Kejujuran Tanggung Jawab

Puasa mengajarkan untuk tanggung jawab, artinya pemimpin harus jujur dalam memberikan laporan, jangan banyak manipulasi apalagi rekayasa, sehingga akan membuat lembaga yang dia pimpin seakan baik-baik saja, akan tetapi rapuh di dalamnya. Seorang pemimpin harus mampu bertanggung jawab dengan baik, memberikan laporan yang jelas dan konkret, walau akan nampak banyak sekali kekurangan. Laporan yang benar akan menjadikan lembaga selamat, karena pemimpin mengetahui kekurangan yang terjadi, bukan merasa aman-aman saja, tetapi sangat berbahaya.

Pemimpin profetik adalah mereka yang memimpin dengan penuh kejujuran, berawal dari kejujuran iman, ilmu, aturan dan tanggung jawab. Karena saat ini sangat langka pemimpin yang mampu menegakan nilai kejujuran ini. Mereka menganggap kejujuran hanya sekedar tidak bohong kepada orang lain, yang hakikatnya kejujuran adalah sangat universal.

BERITA LAINNYA

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini