Kamis, Desember 5, 2024
BerandaArtikelBERAPA GAJI PIMPINAN MUHAMMADIYAH ?

BERAPA GAJI PIMPINAN MUHAMMADIYAH ?

Pertanyaan di atas terkadang ditanyakan oleh orang-orang luar yang belum mengenal Muhammadiyah dengan baik. Dengan aset yang berlimpah dan amal usaha yang berdiri dimana-mana, banyak yang bertanya atau menduga-duga berapa kira-kira gaji seorang pimpinan dalam Muhammadiyah. Mereka berpikir bahwa Muhammadiyah itu seperti holding company, perusahaan besar yang memiliki banyak bidang usaha seperti pendidikan (dari TK sampai dengan PT), rumah sakit,klinik, apotek, usaha-usaha ekonomi, dan lain-lain. Dengan bidang usaha yang begitu banyak dan besar-besar wajar jika ada yang bertanya demikian.

Bila dijawab bahwa pimpinan di Muhammadiyah itu tidak menerima gaji atau honor sepeserpun, bisa jadi mereka terkaget-kaget. Tidak percaya atau pasti setengah tidak percaya. Bagaimana mungkin orang-orang yang mengurusi usaha sekian banyak dan besar-besar, sementara usaha itu juga sedikit atau banyak menghasilkan profit, tidak mendapatkan gaji atau honor serupiah pun? Akan tetapi itulah faktanya. Yaitu  pimpinan Muhammadiyah tidak ada yang menerima gaji selama ia memimpin persyarikatan baik dari tingkat ranting sampai tingkat pimpinan pusat. Pertanyaan yang muncul berikutnya adalah mengapa para pimpinan itu mau? Padahal mengurusi persyarikatan itu membutuhkan pengorbanan, baik waktu, tenaga, pikiran bahkan finansial.

Beberapa kader pernah ada yang mengusulkan agar pimpinan persyarikatan yang berada di pimpinan inti (pleno pimpinan) supaya diberikan honor bulanan yang besarnya bisa disesuaikan dengan kemampuan masing-masing tingkat. Dari mana sumber dananya? Ya dari amal usaha yang dimilikinya. Dan itu wajar kata para kader itu, karena mereka sudah berkorban banyak hal untuk mengurusi Muhammadiyah. Namun demikian, sejak itu disampaikan tidak pernah ada pimpinan persyarikatan yang menanggapi usulan tersebut, alih-alih mau diterima. Usulan itu menguap begitu saja, hanya jadi kembang lambe. Betul-betul tidak ada yang mau menanggapi karena dianggap tidak penting dan tidak perlu dibahas. Jika toh dibahas dalam rapat pimpinan, usulan itu pasti ditolak matang-matang, bukan ditolak mentah-mentah lo..

Mengapa pasti ditolak? Karena memang begitulah watak Muhammadiyah dari dahulu sejak didirikannya. Cukup mereka yang bekerja di amal usaha saja yang menerima gaji atau honor, namun tidak untuk pimpinan persyarikatan. Justru karena pilihan inilah yang menyebabkan Muhammadiyah bisa lestari, berjaya dan semakin maju hingga sekarang. Ada beberapa argumentasi untuk menjelaskan hal itu.

Pertama, Dengan tidak digajinya pimpinan persyarikatan maka nilai-nilai keikhlasan dalam memimpin Muhammadiyah akan tetap lestari dan menghujam dalam diri dan hati setiap pimpinan persyarikatan. Kita tahu, nilai-nilai keikhlasan pimpinan inilah yang selama ini menjaga Muhammadiyah dari sikap-sikap pragmatisme dan hanya sekedar menjadi tempat mencari penghidupan. Sikap ikhlas ini pula yang membuat pimpinan Muhammadiyah memiliki energi yang kuat, tidak kenal lelah dalam mengurusi dan memperjuangkan Muhammadiyah. Hal ini sesuai dengan pesan KH.Ahmad Dahlan : “Hidup-hidupilah Muhammadiyah dan jangan mencari hidup di Muhammadiyah.”

Kedua, dengan tidak digajinya pimpinan persyarikatan, maka akan membuat pimpinan persyarikatan terseleksi secara alamiah. Siapa yang menyatakan kesediaannya memimpin Muhammadiyah maka ia harus siap untuk mengorbankan waktu, pikiran, tenaga dan sebagian rezekinya untuk perjuangan Muhammadiyah. Jangan berharap imbalan materi atau hal duniawi lainnya.  Dalam  kondisi yang demikian tidak jarang ada anggota pimpinan yang nglokro dan kehabisan darah.. Lalu kemudian hilang dari peredaran. Yang tetap bertahan, mereka itulah yang kuat ideologi kemuhammadiyahannya. Mereka pantas memimpin Muhammadiyah. Masih ingat jargon di Muhammadiyah : “Jadi kader persyarikatan itu berat, jika tidak sanggup pulang saja.”

Ketiga, jika pimpinan persyarikatan digaji maka jabatan dalam Muhammadiyah menjadi “seksi” secara materi. Menarik bagi mereka yang niatnya hanya sekedar mencari penghidupan. Lalu yang terjadi pergantian pimpinan persyarikatan akan menjadi ajang rebutan, gontok-gontokan, kubu-kubuan untuk mendukung calonnya masing-masing. Tidak bisa dibayangkan jika itu terjadi dalam tubuh Muhammadiyah. Pasti yang terjadi perpecahan, karena niat orang menjadi pimpinan sudah melenceng dari nilai-nilai yang telah digariskan oleh Muhammadiyah.

Karena itu, biarlah pimpinan Muhammadiyah tetap seperti sekarang ini. Tidak perlu digaji atau dihonori. Biarlah mereka mencari rezeki dari sumber lain yang dikucurkan Allah, agar supaya keikhlasannya dalam memimpin Muhammadiyah semakin tinggi. (mh.11/10/21)

BERITA LAINNYA

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini