Metro, 9 Februari 2025 – Penetapan Awal Ramadan dan Syawal 1446 Hijriah diperkirakan akan kembali memunculkan perbedaan. Hal ini disampaikan oleh Ustadz Abdurrahman Hamdi dalam pengajian rutin pimpinan yang digelar oleh Majelis Tabligh Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kota Metro di Aula Gedung Dakwah Muhammadiyah Kota Metro pada Ahad, 9 Februari 2025.
Pengajian rutin pimpinan ini dihadiri oleh Ketua PDM Kota Metro bersama jajaran pleno, pimpinan cabang dan ranting Muhammadiyah se-Kota Metro, pimpinan majelis, dan pimpinan amal usaha.
Menurut Ustadz Hamdi, wacana penerapan kalender global tunggal masih menghadapi tantangan besar. “Di Indonesia, hilal mungkin belum terlihat, tetapi di wilayah barat bisa saja sudah mencapai 6 derajat, sehingga ada kemungkinan awal Ramadan berbeda,” ujarnya. Ia menambahkan bahwa keseragaman dalam penetapan kalender Islam masih menjadi perdebatan, mengingat metode rukyat dan hisab yang digunakan oleh berbagai negara dan organisasi Islam.
Lebih jauh, Ustadz Hamdi menjelaskan sejarah perintah puasa dalam Islam yang mengalami tahapan bertahap sebelum menjadi kewajiban penuh seperti yang berlaku saat ini. Ia menguraikan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam awalnya menjalankan puasa tiga hari setiap bulan, ditambah dengan puasa Asyura, selama 17 bulan sebelum turunnya perintah wajib puasa Ramadan dalam Surah Al-Baqarah ayat 183-184.
“Awalnya, puasa merupakan ibadah yang dijalankan dengan cara yang lebih fleksibel, di mana umat Islam diberikan pilihan antara berpuasa atau membayar fidyah. Namun, kemudian Allah mewajibkan puasa Ramadan secara penuh, sebagaimana disebut dalam Surah Al-Baqarah ayat 185,” jelasnya.
Ia juga menjelaskan konsep awal puasa pada masa Rasulullah berbeda dengan praktik saat ini. “Dahulu, puasa dimulai setelah salat Isya. Jika seseorang tertidur, maka ia tidak boleh lagi makan, minum, atau berhubungan suami istri hingga waktu berbuka di hari berikutnya. Namun, aturan ini kemudian diperlonggar dengan turunnya ayat 187 yang memperbolehkan aktivitas tersebut di malam hari hingga fajar,” terangnya.
Selain itu, Ustadz Hamdi mengingatkan pentingnya memperbanyak ibadah selama Ramadan, baik dalam bentuk membaca Al-Qur’an, sedekah, maupun dakwah. Ia menekankan bahwa ulama dan dai memiliki tanggung jawab besar dalam membimbing umat agar mengoptimalkan bulan suci ini. (ims)

