Jumat, Juli 18, 2025
BerandaArtikelGhirah Bermuhammadiyah

Ghirah Bermuhammadiyah

Rombongan yang berjumlah lima orang dari Ranting Muhammadiyah Kubang, Lubuk Basung kabupaten Agam Sumatra Barat, ba’da shalat Isya telah tiba di Metro. Tujuan mereka sebagaimana disampaikan dalam surat permohonan adalah berkunjung sekaligus studi tiru dengan Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kota Metro. Lima orang itu terdiri dari tiga orang yang sudah berusia sepuh dan dua orang anak muda. Mereka menempuh perjalanan darat kurang lebih 1500 km dengan jalan yang tidak semuanya baik. Bisa dimengerti kualitas jalan di Sumatra tidak sebaik jalan-jalan di pulau Jawa.

Perjuangan dan perjalanan yang tidak mudah, apalagi mereka menggunakan mobil Avanza yang berusia di atas lima belas tahunan. Tunggangan yang boleh dikata sudah cukup tua. Mereka bercerita betapa harus menghadapi pecah ban dua kali selama perjalanan, setir yang sudah bergoyang kaki-kakinya dan pintu mobil yang tidak bisa dibuka karena engsel pintunya sudah bergeser.

Dibalik itu semuanya, kita menangkap ada gairah, semangat dan kegelisahan yang sangat besar melihat kondisi persyarikatan terutama di tempat mereka berkhidmat. Hal itulah yang mendorong mereka melakukan muhibah. Muhibah yang dikemas dengan studi tiru. Melihat langsung bagaimana kondisi di tempat lain untuk mengambil hikmah dan pelajaran.

Semangat dalam bermuhammadiyah dan membesarkan persyarikatan pada setiap diri warga dan pimpinan  adalah salah satu elan vital penting gerakan Muhammadiyah. Berangkat dari semangat itu, maka lahir pemikiran dan gagasan-gagasan untuk menggerakkan Muhammadiyah. Tanpa semangat bermuhammadiyah, gerak langkah persyarikatan akan mengalami kemandegan. Kalau pimpinan dan warga persyarikatan ‘nglokro’, kehilangan darah dan tidak memilih ghirah dalam berdakwah amar ma’ruf nahi Munkar, maka Muhammadiyah tidak bisa lagi disebut sebagai organisasi gerakan. Padahal Muhammadiyah itu adalah sebagai gerakan dakwah Islam amar ma’ruf nahi munkar. Namanya gerakan maka ciri dan karakter utamanya adalah bergerak dinamis tanpa pernah berhenti.

Segala upaya untuk menggerakkan roda organisasi harus diapresiasi sebagai bentuk komitmen dan kesungguhan dalam bermuhammadiyah. Pendahulu Muhammadiyah telah banyak memberikan peninggalan berupa amal usaha dalam berbagai bidang sebagai jejak sejarah keberhasilan dari usaha menggerakkan Muhammadiyah. Namun semuanya dicapai dengan tidak mudah. Membutuhkan kesungguhan, usaha yang tiada pernah berhenti, berpeluh-peluh, dan terkadang dengan deraian air mata. Hal ini yang sering tidak dipahami dan disadari oleh para kader persyarikatan masa kini. Sebagian lahir dan melihat dengan kondisi Muhammadiyah yang sudah mapan dengan amal usaha yang besar-besar. Mereka tidak mengalami proses yang “berdarah-darah” itu.

Namun demikian, ghirah dan semangat saja tidak cukup. Membutuhkan kesungguhan, keikhlasan dan niat murni dan hanya mengharapkan Ridha Allah SWT dalam gerak langkah perjuangan mewujudkan cita-cita persyarikatan. Setelah itu semuanya dimiliki maka lakukan dalam amaliah nyata. Bukan hanya berteori atau angan-angan tanpa bukti nyata. Berani mewujudkan cita-cita itu dalam praksis. Pendek kata ghirah harus diubah menjadi gerakan amal. Ingat slogan yang selalu kita dengungkan: ilmu Amaliah dan Amal Ilmiah. Gerakan ilmu harus mewujud menjadi gerakan amal shaleh.

Tidak kalah penting dari hal itu semua adalah kaderisasi. Gerakan amal shaleh yang didasari ghirah (semangat) yang bergelora membutuhkan peluru atau amunisi. Peluru itu yang nanti akan meluncur dan diluncurkan untuk sampai sasaran bidikan (tujuan Muhammadiyah). Dan peluru itu adalah para kader. Tanpa adanya kader yang siap berjuang untuk menyokong dan mewujudkan gerakan amal shaleh, maka ghirah bermuhammadiyah akan layu sebelum berkembang karena tidak ada yang menggerakkannya.

BERITA LAINNYA

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini