METRO – Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kota Metro menyambut kunjungan studi tiru dari Pimpinan Ranting Muhammadiyah (PRM) Kubangan, Lubuk Basung, Sumatra Barat dengan menyelenggarakan Forum Group Discussion (FGD) bertajuk “Proses dan Tantangan Pendirian Amal Usaha Muhammadiyah (AUM) Kesehatan dan Badan Usaha Milik Muhammadiyah (BUMM)”, Sabtu, 28 Juni 2025, bertempat di Aula RSU Muhammadiyah Metro.
Kegiatan ini menjadi forum strategis untuk berbagi praktik baik dan memperkuat jejaring antar-AUM Muhammadiyah lintas daerah, khususnya dalam tata kelola rumah sakit dan unit usaha.
Selain tamu dari Sumatera Barat, hadir pula unsur PCM se-Kota Metro, Majelis Pembina Kesehatan Umum (MPKU), Majelis Ekonomi dan Kewirausahaan (MEK), Badan Pembina Harian RSUMM, serta jajaran manajemen RSU Muhammadiyah Metro dan PT MSI Metro.
Direktur RSU Muhammadiyah Metro, dr. Nil Rahmayeni, dalam pemaparannya menjelaskan bahwa rumah sakit Muhammadiyah ini dikembangkan dengan sistem kepemimpinan kolektif kolegial, atau yang mereka istilahkan secara internal sebagai “Koko”.
Setiap pengambilan keputusan dilakukan melalui musyawarah bersama unsur BPH, direksi, dan manajerial, disertai evaluasi bulanan yang terbuka dan transparan, termasuk laporan medis dan keuangan.
“Kami juga menerapkan nilai-nilai keislaman dalam pelayanan: seperti program Al-Maun Peduli untuk pasien tidak mampu, potongan khusus bagi warga Muhammadiyah pemegang kartu MPR, hingga pembinaan rohani untuk pasien dan keluarga,” ungkapnya.
RSUMM juga menjalin kemitraan dengan Dinas Kesehatan, klinik Muhammadiyah, dan memperkuat internalisasi nilai melalui akreditasi SNARS dan program pembinaan karyawan.
Direktur Utama PT Metro Solar Investama (MSI) Metro, Slamet Tedi Siswoyo, menjelaskan bahwa PT MSI adalah Badan Usaha Milik Muhammadiyah yang berdiri sejak 2004 dan telah berkontribusi dalam pembangunan fisik dan ekonomi Persyarikatan.
Kantor PDM Kota Metro, Gedung RSU Muhammadiyah Metro, dan sekolah-sekolah Muhammadiyah, merupakan hasil kerja PT MSI, termasuk divisi konstruksi yang aktif membangun sarana pendidikan dan kesehatan.
Namun menurut Slamet, banyak usaha Muhammadiyah gagal bukan karena kekurangan semangat, melainkan karena manajemen bisnis yang belum kuat. Ia menekankan pentingnya profesionalisme, akuntabilitas, dan perencanaan bisnis jangka panjang.
“Semangat saja tidak cukup. Bisnis harus dikelola dengan akuntansi yang sehat, pembukuan yang transparan, dan strategi usaha yang realistis. Muhammadiyah harus punya kader yang paham betul dunia usaha,” jelasnya.
Diskusi berlangsung interaktif. Tamu dari PRM Kubangan antusias menyimak dan berdiskusi mengenai proses pendirian rumah sakit, legalitas, struktur manajemen, hingga strategi pembiayaan. FGD ini menjadi sarana tukar pengalaman yang mempererat ukhuwah lintas daerah dalam semangat dakwah berkemajuan. (ims)