Pernah dengar kata-kata ini?
“Yang membuat kapal karam bukan air di sekelilingnya, tapi air yang masuk ke dalam kapal itu sendiri.”
Hidup kita juga begitu. Ada banyak hal di luar sana yang bisa membuat kita goyah—masalah, godaan, fitnah, atau omongan orang. Tapi sejatinya, semua itu tak akan benar-benar menjatuhkan kita kecuali jika kita membiarkannya masuk ke dalam hati.
Ramadhan datang sebagai pelabuhan peristirahatan. Di bulan ini, kita diajak untuk menutup celah-celah keburukan, memperbaiki diri, dan menguatkan pertahanan jiwa. Puasa bukan sekadar menahan lapar dan dahaga, tapi juga belajar menjaga apa yang masuk ke dalam hati dan pikiran.
Menjaga Hati dari Kebocoran
Rasulullah ﷺ bersabda:
إِنَّ فِي الْجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ أَلَا وَهِيَ الْقَلْبُ
“Ketahuilah! Dalam tubuh ada segumpal daging. Jika ia baik, maka seluruh tubuh akan baik. Jika ia rusak, maka seluruh tubuh akan rusak. Ketahuilah! Segumpal daging itu adalah hati.”
(HR. Bukhari dan Muslim)
Hati yang bersih adalah kunci ketenangan. Tapi kalau terlalu banyak hal negatif masuk—emosi yang tak terkontrol, informasi yang tak bermanfaat, makanan yang tak halal—hati bisa menjadi berat dan tenggelam.
Allah juga mengingatkan dalam Al-Qur’an agar kita menjaga diri dari hal-hal yang merusak jiwa:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
“Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kalian berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian agar kalian bertakwa.”
(QS. Al-Baqarah [2]: 183)
Imam Ibnul Qayyim rahimahullah berkata:
“الصَّوْمُ نِصْفُ الصَّبْرِ، وَالصَّبْرُ نِصْفُ الإِيمَانِ.”
“Puasa adalah separuh kesabaran, dan kesabaran adalah separuh dari iman.”
(Madarij as-Salikin, 2/156)
Puasa melatih kesabaran dalam segala hal: sabar menahan lapar, sabar menahan amarah, sabar menahan diri dari hal-hal yang dilarang.
Menutup Celah Masuknya Keburukan
Seperti kapal yang bisa tenggelam jika kemasukan air, jiwa kita pun bisa karam jika pertahanan diri kita lemah. Oleh karena itu, Ramadhan mengajarkan kita untuk mempersempit jalan masuknya keburukan:
Puasa menahan nafsu, agar setan tak leluasa menggoda.
Puasa dari mendengar hal yang tak baik, agar hati tetap tenang.
Puasa dari melihat yang haram, agar pikiran tetap jernih.
Puasa dari makanan yang tak halal, agar tubuh tetap bersih.
Imam Al-Ghazali pernah berkata:
“الصِّيَامُ لَيْسَ فَقَطْ عَنِ الطَّعَامِ وَالشَّرَابِ، وَلَكِنَّهُ أَيْضًا عَنْ كُلِّ مَا يُضِرُّ بِالقَلْبِ وَيُفْسِدُ النَّفْسَ.”
“Puasa bukan hanya tentang lapar dan haus, tapi tentang menjaga mata, telinga, dan lisan dari keburukan.”
Imam Hasan Al-Bashri rahimahullah juga berkata:
“إِنَّ اللَّهَ جَعَلَ شَهْرَ رَمَضَانَ مِضْمَارًا لِخَلْقِهِ يَتَسَابَقُونَ فِيهِ بِطَاعَتِهِ، فَسَبَقَ قَوْمٌ فَفَازُوا، وَتَخَلَّفَ آخَرُونَ فَخَابُوا.”
“Sesungguhnya Allah menjadikan bulan Ramadhan sebagai arena perlombaan bagi makhluk-Nya untuk berlomba-lomba dalam ketaatan kepada-Nya. Maka, ada yang mendahului dan menang, serta ada yang tertinggal lalu merugi.”
(Lathaif al-Ma’arif, hlm. 314)
Sebentar Lagi Berlabuh
Sebentar lagi Ramadhan akan berlabuh. Kita hampir sampai di penghujung perjalanan. Kapal ini sudah berlayar jauh, membawa kita menuju ketakwaan.
Tinggal satu pertanyaan: Apakah kita sudah menjaga hati dari kebocoran?
اللهم تقبل منا صيامنا وقيامنا واجعلنا من المتقين
“Ya Allah, terimalah puasa dan ibadah kami, dan jadikanlah kami termasuk golongan orang-orang yang bertakwa.”