Sebentar lagi Ramadhan akan berakhir. Ibarat seorang pendaki, kita telah mencapai puncak ibadah, penuh dengan tilawah Al-Qur’an, shalat malam, sedekah, dan berbagai amal saleh lainnya. Namun, setelah puncak, pasti ada perjalanan turun. Ini adalah kepastian yang harus kita pahami sebagai orang beriman.
Turun Itu Pasti, Tapi Jangan Sampai Terjatuh
Turun dari puncak bukanlah sesuatu yang buruk atau tercela, tetapi bagian dari siklus kehidupan. Rasulullah ﷺ bersabda:
“Sesungguhnya setiap amalan memiliki masa semangat, dan setiap masa semangat memiliki masa futur (penurunan). Barang siapa yang masa futurnya tetap berada dalam sunnahku, maka dia telah mendapatkan petunjuk.” (HR. Ahmad, Ibnu Hibban)
Hadis ini mengajarkan bahwa penurunan semangat setelah Ramadhan adalah hal yang wajar. Yang penting adalah bagaimana kita mengelola transisi ini agar tidak jatuh ke dalam kelalaian.
Bahaya Turun Tanpa Kendali
Seorang pendaki yang turun tanpa perhitungan bisa jatuh ke jurang, tersesat, atau bahkan kehilangan arah. Begitu juga dengan kita setelah Ramadhan. Jika kita langsung meninggalkan kebiasaan baik, semangat ibadah bisa menghilang seketika.
Allah ﷻ berfirman:
“Dan janganlah kamu seperti seorang perempuan yang menguraikan benangnya yang sudah dipintal dengan kuat, menjadi cerai-berai kembali.” (QS. An-Nahl: 92)
Ayat ini menjadi peringatan bagi kita agar tidak menghancurkan kembali kebiasaan baik yang telah kita bangun selama Ramadhan.
Cara Turun dengan Selamat
1. Mengakui Kekurangan Diri
Kita harus sadar bahwa sebagai manusia, kita penuh dengan kekurangan. Kesadaran ini akan membuat kita lebih berhati-hati dalam menjaga konsistensi ibadah.
2. Menjaga Istiqamah Meskipun Sedikit
Rasulullah ﷺ bersabda:
“Amalan yang paling dicintai Allah adalah yang dilakukan secara terus-menerus walaupun sedikit.” (HR. Bukhari, Muslim)
Lanjutkan kebiasaan baik Ramadhan meskipun dengan intensitas yang lebih ringan. Jangan sampai langsung meninggalkan semuanya.
3. Memegang Peta, Jangan Menyimpang dari Syariat
Seorang pendaki harus mengikuti jalur yang benar agar tidak tersesat. Begitu juga dalam ibadah, kita harus tetap berpegang pada syariat Islam agar tidak terjerumus dalam kesalahan.
4. Puasa Syawal sebagai Jembatan
Rasulullah ﷺ bersabda:
“Barang siapa yang berpuasa Ramadhan, kemudian mengikutinya dengan enam hari di bulan Syawal, maka ia seperti berpuasa sepanjang tahun.” (HR. Muslim)
Puasa Syawal dapat membantu kita menjaga ritme ibadah setelah Ramadhan.
5. Tetap Berada dalam Lingkungan yang Baik
Lingkungan sangat berpengaruh dalam menjaga semangat ibadah. Allah ﷻ berfirman:
“Dan bersabarlah kamu bersama orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya.” (QS. Al-Kahfi: 28)
6. Berdoa agar Diberi Keteguhan Hati.
Rasulullah Saw sering berdoa:
“Ya muqallibal qulub, tsabbit qalbi ‘ala dinik.” (Wahai Dzat yang membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku di atas agama-Mu.) (HR. Tirmidzi)
Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah rahimahullah berkata:
“Di antara tanda diterimanya amal seorang hamba adalah kebaikan yang dilakukan terus-menerus setelah amal itu.”
Artinya, jika setelah Ramadhan kita tetap istiqamah dalam kebaikan, maka itu adalah tanda bahwa amalan kita selama Ramadhan diterima oleh Allah.
Turun dari puncak Ramadhan adalah kepastian, tetapi cara kita turun menentukan kelanjutan perjalanan ibadah kita. Jangan sampai turun dengan terburu-buru hingga jatuh ke dalam kelalaian. Tetaplah menjaga ritme ibadah, meskipun dengan intensitas yang lebih ringan. Semoga Allah ﷻ memberi kita kekuatan untuk tetap istiqamah.
Salam Naik-Turun