Jumat, April 18, 2025
BerandaArtikelSeri Profetika puasa: Itikaf adalah Jeda Mental

Seri Profetika puasa: Itikaf adalah Jeda Mental

Manusia dengan segala aktivitasnya membutuhkan jeda, bukan hanya rehat secara fisik, tetapi rehat mentalitas adalah lebih penting. Jika badan capek, maka tidur, akan lebih baik kondisinya, jika dibiarkan maka akan terjadi kelelahan fisik yang berakibat sakit. Begitu juga mentalitas, yang kadang merasakan capek, maka jeda sangat penting, sehingga mental akan kembali sehat.

Kelelahan mental dapat lebih beresiko, karena bisa berakibat fatal, stress, depresi, anxiety, burn out, bahkan bisa mengarah pada penyimpangan mental.

Dalam bulan Ramadhan nabi muhamamad Saw mengajarkan itikaf. Sebuah amalan berdiam diri di masjid, dengan fokus beribadah, baik sholat, tilawah, zikir, berdoa atau bahkan taklim. Dalam ibadah ini dihindarkan dari segala urusan dunia, karena bisa membatalkan itikafnya.

Rasulullah SAW selalu ber itikaf selama 10 hari di akhir ramadhan. Full tidak pulang walau rumah sangat dekat, bahkan istrinya jika ingin menyisiri rambut beliau, maka cukup dijendela saja. Ini menunjukkan sebuah kefokusan tanpa ada gangguan eksternal.

Dalam kajian mentalitas, itikaf bisa menjadi jalan meningkatkan mindfulness dalam diri. Yaitu keadaan sadar penuh dan fokus tanpa ada distraksi dari luar, hanya fokus beribadah kepada Allah SWT. Mindfulness ini sangat efektif untuk menurunkan segala bentuk stress dan tekanan dalam hidup. Sehingga akan melahirkan kebijaksanaan dan ketenangan dalam menghadapi segala masalah.

Itikaf juga mengurangi overstimulus kognitif. Karena otak manusia setiap hari terpapar informasi media sosial tanpa henti, dan juga tuntutan pekerjaan. Sehingga dngan itikaf sejenak detox mentalitas yang akan menyegarkan mental kembali.

Itikaf meningkatkan self reflection, atau refleksi diri, dalam psikologi positif menjadi journaling, sebagai terapi mental. Ini adalah ruang untuk evaluasi diri, menempatkan diri, bahkan memperbaiki diri. Melihat kembali kekuarangan dan kelebihan diri.

Ibarat komputer membutuhkan refresh atau instal ulang agar lebih cepat setelahnya, begitu juga tanah yang akan ditanami membutuhkan jeda tanam agar hasil lebih baik. Begitu juga mental manusia membutuhkan mindfullness dan rehat sejenak, untuk menjadi bugar kembali.

Itulah mengapa Rasulullah SAW selalu mengatakan kepada Bilal, wahai Bilal istirahat kan aku dengan sholat. Sama dengan itikaf adalah rehat batiniah seorang mukmin, agar mendapatkan kejernihan diri baik pikiran maupun hatinya.

Mari jadikan itikaf walau sejenak sebagai jalan regulasi diri, refleksi diri, bahkan terapeutik diri agar lebih baik setelah ramadhan. Agar lebih kuat dan semangat menjalani hidup

BERITA LAINNYA

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini