Puasa adalah salah satu jalan yang mengajarkan manusia untuk menjadi manusia yang realistis, bukan manusia yang tertutupi oleh identitas diri yang lebih dominan. Di era digital ini, manusia banyak mengalami gangguan identitas digital (digital identity disorder), yang membutuhkan sebuah langkah untuk menyembuhkan atau minimal mengurangi.
Hampir semua orang di era digital ini merasa dirinya harus selalu tampil perfect, memukau, nampak sukses, ganteng, cantik dan inspiratif. Sehingga hampir semua yang mereka lakukan harus ditampakan. Ibadah mereka agar nampak bahwa mereka baik secara spiritual, makan dan tinggal di tempat-tempat elit agar nampak mereka berada pada tahapan sukses, bahkan mereka harus membuat quotes agar nampak matang secara emosional.
Walau ini tidak mutlak buruk, akan tetapi kadang manusia terjebak pada gangguan identitas ini. Mereka sangat takut jika dirinya terlihat biasa biasa saja. Oleh sebab itu saat ini, dunia menawarkan seni yang sangat luar biasa, bahkan ibadah pun harus di buat se artistik mungkin, trend, dan sebagainya, yang seharusnya ibadah adalah jalan pribadi menuju Tuhanya.
Semakin manusia menampakkan di media sosial sesuatu yang berbeda dengan realita dirinya, menyampaikan apa yang berbeda dengan dirinya, maka dia akan semakin tertekan. Semakin khawatir ketika harus nampak berbeda dengan dunia maya.
Puasa menjadi jalan terapi sederhana mengurangi gangguan identitas ini, karena memang puasa adalah ibadah yang kita dan Allah SWT saja yang tau, seperti itulah kita, tidak perlu dibuat buat. Tahanlah diri untuk ingin selalu tampil sempurna, tapi tampilah sesuai dengan apa yang senyata-nyatanya, jangan khawatir orang berkata apapun tentang kita.
Maknanya ini bukan untuk berpenampilan asal-asalan, akan tetapi sewajarnya dan sesuai aturan syariat, jangan berlebihan mengikuti trend zaman, semakin akan terjebak dengan keadaan.
Imam Ghazali ra, pernah ketika menjadi seorang ulama besar, mentereng jabatanya, maka dia kemudian meletakkan semuanya, karena dia ingin manusia mendengarkan ilmunya bukan karena jabatannya. Dia tidak ingin manusia lebih menghormati jabatannya dari pada ilmunya. Bahkan beliau banyak menulis tanpa menyebutkan namanya, karena beliau tidak ingin manusia lebih mengenal namanya dari pada memahami ilmunya.
Jangan sampai kita terjangkit kepura-puraan dalam hidup ini, jika kita ingin ada dalam ruang publik media sosial, niatkanlah benar-benar untuk syiar, membangun algoritma kebaikan, bukan untuk terus menampakkan sesuatu yang sangat jauh dengan realita diri kita.
Ibadah dan amaliah yang tersembunyi adalah amalan tertinggi, hendaknya kita memiliki amalan yang manusia tidak mengetahui, kecuali diri kita dengan Allah SWT. Puasa adalah satu-satunya amalan yang sudah pasti tidak akan diketahui oleh orang lain. Maka jagalah puasa ini sebaik baiknya, agar bisa selamat sampai akhir ramadhan.
Insan profetik adalah insan yang jujur, dia tidak terjebak dengan identitas, akan tetapi penuh kejujuran dalam menjalani hidup, baik dunia maya maupun nyata. Karena kejujuran adalah jalan kesehatan paling ampuh, dalam mengobati segala penyakit mental dalam diri.