Senin, Maret 24, 2025
BerandaArtikelSeri Profetika Puasa: Puasa Gadget Bagi Anak, Sebuah Terapi Kesehatan Mental anak...

Seri Profetika Puasa: Puasa Gadget Bagi Anak, Sebuah Terapi Kesehatan Mental anak Gen Z

Perubahan karakter anak-anak Gen Z sangat pesat, diluar nalar orang tua yang lahir di era milinial, bahkan diatasnya. Memahami karakter mereka sangat penting untuk menetapkan pola asuh yang tepat. Karena ketidak pahaman terhadap mereka, akan menyebabkan kesalahan pola asuh, yang mengakibatkan banyaknya gangguang mentalitas pada mereka.

Mereka sering disebut sebagai generasi strawberry, generasi gampang pecah (glass generation), generasi gampang lelah (burn out generation) bahkan ada yang menyebut generasi net, karena saking akrabnya dengan internet, atau generasi Instagram. Masih banyak istilah yang menggambarkan mereka yang dilekatkan dengan karakter mentalitas dan prilakunya.

Generasi ini banyak mengbanyak penyimpangan akibat gadget, misal kecanduan media sosial (Sosmed addiction), FOMO (Fear of missing out) atau takut ketinggalan, bahkan body Dysmorpia (membandingkan diri dengan kecantikan media sosial). Sehingga hari-hari anak remaja saat ini ada didepan gadget, dan berusaha  menyesuaikan dengan apa yang ada dalam dunia maya.

Hal ini bisa mengarah pada psikosomatis yang parah, sehingga akan terjebak pada syndrom yang berbahaya, yang merusak saraf fokus mereka, bahkan dapat menyebabkan obesitas karena kurang gerak fisik dan lainya.

Puasa menjadi sarana efektif bagi diri dan orang tua mengajarkan anak untuk melakukan detox digital, puasa medsos, interaksi sosial, dan fokus beribadah. Hal ini tentu butuh perjuangan dalam memahamkan dan mengajarkan, karena memang hakikatnya puasa adalah menghindari dari segala bentuk yang tidak baik dan sia-sia.

Rasulullah ﷺ bersabda:

رُبَّ صَائِمٍ لَيْسَ لَهُ مِنْ صِيَامِهِ إِلَّا الْجُوعُ وَالظَّمَأُ

“Betapa banyak orang yang berpuasa tetapi tidak mendapatkan apa-apa dari puasanya selain rasa lapar dan dahaga.”

(HR. Ahmad, Ibnu Majah, dan Hakim)

Hadis ini menegaskan bahwa puasa bukan hanya sekadar menahan makan dan minum, tetapi juga harus diiringi dengan pengendalian diri dari perbuatan sia-sia dan maksiat.

Rasulullah ﷺ juga bersabda:

مَنْ لَمْ يَدَعْ قَوْلَ الزُّورِ وَالْعَمَلَ بِهِ، فَلَيْسَ لِلَّهِ حَاجَةٌ فِي أَنْ يَدَعَ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ

“Barang siapa yang tidak meninggalkan perkataan dusta dan perbuatan sia-sia, maka Allah tidak membutuhkan dia meninggalkan makan dan minumnya.”

(HR. Bukhari No. 1903)

Hadis ini mengajarkan bahwa nilai puasa tidak hanya terletak pada aspek fisik, tetapi juga pada kesucian hati, lisan, dan perbuatan.

Relevansi dengan Penyimpangan Gadget, Hadis-hadis ini dapat dikaitkan dengan kebiasaan buruk dalam penggunaan gadget selama Ramadan, seperti:

Menghabiskan waktu dengan konten tidak bermanfaat (gosip online, hiburan berlebihan, game tanpa batas).

Melakukan cyberbullying atau menyebarkan berita bohong (hoaks).

Menghabiskan malam dengan scrolling media sosial daripada shalat malam dan ibadah lainnya.

Puasa yang benar adalah yang mendidik diri untuk menahan hawa nafsu secara menyeluruh, termasuk dalam kebiasaan digital.

Puasa sebagai detox digital artinya membatasi penggunaan gadget, belajar disiplin seperti puasa, minimal menahan diri dari gadget, dan menyibukan dengan ibadah yang lebih manfaat.  Ini adalah puasa yang paling berat di era digital, puasa dari scroll medsos, bahkan berkomentar yang buruk dan Sia-sia. Kita berlindung dari hal-hal seperti ini, karena sangat merusak diri dan anak anak kita.

Insan profetik, akan optimalisasi puasa dengan puasa gadget, hanya memanfaatkan untuk yang manfaat dan memberikan kebaikan. Bukan sesuatu yang menggerus amal kebaikan kita hanya dengan perbuatan yang sia-sia tapi memanfaatkan untuk menambah pundi amal kebaikan di ramadhan, dengan menambah ilmu, mencari tambahan penghasilan dan interaksi positif. Insan profetik akan selalu memilah dengan kecerdasan rasionalitasnya.

BERITA LAINNYA

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini