Seribu khutbah tidak akan menyelesaikan masalah, tetapi satu aksi bisa menyelesaikan seribu masalah (Syekh Ahmad Muhammad Ahmad Ath-Thayyib, Grand Syekh Universitas Al-Azhar Kairo, Mesir).
Ungkapan di atas disampaikan oleh Syekh Ahmad Muhammad Ahmad Ath-Thayyib dalam kuliah umum di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta tanggal 9 Juli 2024 yang lalu. Ia menekankan agar umat Islam lebih banyak beramal secara nyata dan tidak hanya banyak berbicara tetapi minim melakukan aksi dan tindakan nyata. Sebuah ungkapan yang menyiratkan kegelisahan akan kondisi dunia dan masyarakat Islam sekarang ini. Dimana-mana umat Islam masih tertinggal dalam berbagai sektor kehidupan. Konflik internal karena perbedaan pandangan dan paham keagamaan masih terjadi di beberapa negara Islam. Radikalisme masih tumbuh subur di kalangan umat Islam. Serta problem keumatan lainnya. Semua problem itu membutuhkan penyelesaian dengan amaliah nyata, bukan sekedar retorika, tidak cukup dengan ceramah dan khutbah semata.
Ayat-ayat Al-Qur’an bila kita baca dan pelajari sebenarnya telah banyak memberikan petunjuk bahwa beragama itu tidak hanya cukup dengan iman saja tetapi harus diikuti dengan amal shaleh. Beberapa ayat Al-Qur’an selalu menyandingkan kata iman dengan kata amal shaleh (Alladzina amanuu wa amilus sholihah). Misalnya dalam surat al-’Asr ayat 3, dan surat At-Thin ayat 6. Pesannya adalah bahwa beragama dengan iman saja tidak cukup, semua belum beruntung dan rugi kecuali diikuti dengan amal shaleh, yaitu aksi nyata yang memberi manfaat dan tetap berada dalam kebaikan.
Pesan yang sama juga bisa didapatkan dalam Al -Qur’an surat Al-Ma’un. Dalam surat ini Allah menegaskan bahwa orang-orang yang tidak memperdulikannya anak-anak yatim dan fakir miskin dicap sebagai pendusta agama dan masuk dalam neraka meskipun seseorang itu rajin melaksanakan shalat. Anak-anak yang kurang beruntung, kemiskinan dan kebodohan, ketertinggalan dari umat lain dan seribu persoalan lainnya membutuhkan aksi nyata. Bukan sekedar meratapi atau hanya memperbanyak doa saja tanpa diikuti oleh ikhtiar yang nyata. Maka benarlah apa yang disampaikan oleh Grand Syekh Al-Azhar sebagaimana di atas bahwa seribu khutbah tidak akan menyelesaikan satu masalah, tetapi satu aksi nyata bisa menyelesaikan seribu masalah.
Satu aksi nyata pendidikan misalnya, akan menyelesaikan persoalan kebodohan dan keterbelakangan umat. Umat yang terdidik dengan sendirinya akan memiliki pandangan dunia yang luas. Ia akan semakin berdaya. Dengan semakin berdaya maka bila ia miskin maka akan berusaha keluar dari kemiskinannya. Dengan demikian pendidikan akan menyelesaikan masalah kemiskinan. Cakrawala yang luas dan pribadi yang terdidik akan membebaskan seseorang dari pandangan yang jumud dan rigid, maka ia terbebas dari sikap yang radikal yang gampang menyalahkan orang lain, dan seterusnya. Demikianlah satu aksi nyata dalam pendidikan akan mengurai dan menyelesaikan sekian banyak persoalan.
Syariat Islam yang sudah sempurna (QS. Al-Maidah: 3) telah mengatur segala yang dibutuhkan manusia dalam segala lapangan kehidupan. Islam adalah agama yang syumul (lengkap dan komprehensif). Islam adalah agama yang membawa kepada kemajuan bukan mengajak kepada kemunduran dan keterbelakangan. Dengan demikian menjadi aneh jika agama yang mengajarkan kepada kemajuan dan semangat perubahan ini malah membuat umatnya mengalami kemunduran dan stagnasi. Siapa yang salah? Dipastikan bukan ajarannya, tetapi umat yang mengamalkan ajaran agama tersebut. Umat yang hanya menjadikan agama untuk menjadi shaleh secara individual tetapi melupakan aksi-aksi sosial sebagai wujud kesalehan sosial.
Umat yang berbicara soal ajaran kebersihan tetapi abai dengan persoalan kebersihan lingkungan. Berbicara soal bahayanya kemiskinan tetap minim aksi nyata dalam menyelesaikan persoalan kemiskinan. Berbicara tentang pentingnya ilmu pengetahuan dan belajar tetapi abai dengan persoalan pendidikan. Berceramah tentang ukhuwah Islamiyyah dan saling bantu antar umat beragama akan tetapi meributkan terus persoalan-persoalan ibadah yang hanya bersifat furu’ dan khilafiyah. Berbicara tentang akhlak mulia, amanah dan kejujuran, tanggung jawab, dan sebagainya tetapi masih bertindak koruptif dan manipulatif. Berkhutbah soal menyembelih nafsu kebinatangan tetapi ia sendiri berperilaku dan bertindak seperti layaknya binatang. Serta semua hal-hal lainnya yang paradoks antara ajaran yang ada dalam teks dengan hal-hal yang dipraktekkan dalam konteks. Paradoks antara hal-hal yang dikhutbahkan dengan amal perbuatan yang dilakukan.
Sangat relevan apa yang disampaikan oleh Syekh Ahmad Muhammad Ahmad Ath-Thayyib dalam kuliah umum sebagaimana di atas untuk pedoman bagi umat Islam. Umat yang dinyatakan oleh Allah sebagai umat terbaik (khairu ummah, QS. Ali Imran:110) ini harus benar-benar menjadi umat yang terbaik dalam kenyataan bukan sekedar dalam ajaran dan ujaran. Umat yang tidak hanya membaca teks tetapi juga mengimplementasikannya dalam konteks nyata. Untuk semua itu dibutuhkan aksi nyata dan amaliah sosial dalam menyelesaikan semua persoalan kehidupan, bukan sekedar retorika dan ceramah belaka. Sekali lagi satu aksi nyata akan menyelesaikan seribu persoalan. Wallahu a’lam bishawab (MH.13.07.24)