Minggu, Februari 9, 2025
BerandaBeritaHaji dan Ujian Kesabaran (Bagian 1)

Haji dan Ujian Kesabaran (Bagian 1)

Barangkali tidak ada ibadah yang begitu banyak menguji kesabaran dibandingkan ibadah haji. Kesabaran itu ditunjukkan bukan saja pada saat pelaksanaan tetapi sejak proses pendaftaran, persiapan, proses perjalanan hingga pelaksanaan ibadahnya itu sendiri. Boleh dikatakan ibadah haji sesungguhnya adalah kesabaran itu sendiri.

Dimulai dari kesabaran menunggu untuk mendapatkan panggilan berangkat haji. Cukup  sudah dipahami, yaitu waiting list ( daftar tunggu) yang panjang dan lama. Khusus calon jamaah haji Indonesia, daftar tunggunya antara sepuluh hingga empat puluh tahun. Dalam tulisan “Menunggu Haji” sudah digambarkan panjangnya antrian dimaksud.

Yang ingin diceritakan dalam tulisan ini adalah gambaran ujian kesabaran pada saat proses persiapan pemberangkatan dan perjalanan.

Sejak diberitahu oleh Kementerian Agama bahwa seseorang  adalah calon haji yang akan berangkat, maka ujian kesabaran itu dimulai. Yang pertama tentu harus segera berfikir untuk menyelesaikan kewajiban melunasi biaya haji. Bagi orang yang secara ekonomi pas-pasan masalah pelunasan biaya haji merupakan persoalan tersendiri. Beberapa bahkan  banyak yang akhirnya menunda lagi berangkat haji yang sudah di tunggunya lama karena ketiadaan biaya untuk melunasi. Ada kecenderungan biaya haji itu semakin lama semakin mahal, seiring dengan naiknya biaya akomodasi haji dan lain-lainnya. Sebagai gambaran, tahun 2024 ini jamaah haji Kota Metro harus mengeluarkan biaya untuk melunasi biaya haji sebesar tiga puluh satu juta tujuh ratus lima puluh ribu rupiah. Berapa biaya kalau suami istri berangkat? Silahkan dihitung sendiri.

Disamping biaya pelunasan haji, calon jamaah harus juga mengeluarkan biaya tambahan lain-lain, misalnya untuk tes kesehatan, beli perlengkapan haji mulai kain ihram, baju tambahan dan pernak perniknya. Apalagi kalau mau syukuran walimatussafar, tambah lagi biaya yang harus dikeluarkan. Belum biaya kalau ikut bimbingan manasik  haji dengan bergabung dalam Kelompok Bimbingan Ibadah Haji. Untuk tambahan biaya diluar pelunasan ini calon jamaah bisa mengeluarkan uang antara lima sampai dua puluh juta rupiah tergantung pada kemampuan dan kemauan masing-masing.

Bagi yang secara finansial aman, tentu soal biaya tersebut tidak jadi persoalan. Namun bagi yang ekonominya kelas menengah bawah tentu menjadi masalah tersendiri. Wajar jika ada yang kemudian harus berhutang untuk melunasi biaya haji atau menjual beberapa aset yang dimiliki demi bisa berangkat haji. Sabar dan harus sabar, karena kalau tidak suami istri bisa bertengkar justru dimulai dari sini.

Ujian kesabaran berikutnya adalah pada saat perjalanan pemberangkatan. Perjalanan panjang dan melelahkan untuk sampai ke Arab Saudi harus dilalui oleh seluruh calon jamaah haji. Proses ini dimulai sejak manasik haji, seremonial acara pemberangkatan, pemeriksaan dokumen dan kesehatan ulang di embarkasi, hingga lika-liku  perjalanannya.

Di Wisma haji seluruh jamaah harus melewati proses pemeriksaan dokumen dan juga kesehatan yang terkadang cukup melelahkan. Disini antri dan menunggu sangat menguji kesabaran. Ketentuan dalam satu kelompok terbang harus selalu bersama terkadang membutuhkan waktu yang lama untuk menunggu dan antri. Dalam satu kelompok terbang jumlah jamaahnya kurang lebih empat ratus orang jamaah. Semua proses pemeriksaan dan pemberangkatan harus menunggu semuanya siap secara bersama-sama.

Sebagai contoh, waktu pemeriksaan X-ray yaitu pemeriksaan untuk masuk pesawat di asrama haji Embarkasi. Satu persatu jamaah dipanggil dari nomor urut rombongan. Setelah diperiksa barang bawaannya, yang sudah diperiksa itu harus menunggu yang lainnya diperiksa hingga tuntas seluruhnya, baru diberangkatkan dengan bis secara bersamaan ke bandara dengan konvoi pengawalan polisi. Jadi tidak berarti yang sudah diperiksa duluan itu berangkat duluan, tetapi menunggu lagi hingga semuanya selesai. Yang di luar menunggu untuk antri diperiksa yang sudah diperiksa menunggu yang lain tuntas. Yang naik bis satu sudah cukup semua tidak lantas berangkat tetapi menunggu yang naik bisa dua, tiga, empat dan seterusnya terisi penuh. Baru berangkat bersama-sama. Untuk semua proses itu calon jamaah harus antri dan menunggu berjam-jam. Memang harus sabar.

Kesabaran lain adalah berkaitan dengan hubungan dan komunikasi antar jamaah. Calon haji yang berasal dari berbagai latar belakang dan karakter terkadang menimbulkan problem komunikasi antar jamaah. Sikap saling pengertian harus ditanamkan. Di Wisma haji  ada jamaah yang mengeluh semalam tidak bisa tidur karena kawan satu kamarnya tidur mendengkur sangat keras. Ada yang mengeluhkan kawannya memasang nada dering handphone yang sangat keras dan kalau berbicara lewat telepon seperti petir menggelegar. Ada yang mengeluh kawan satu kamarnya sering masuk angin kalau memakai AC sementara yang lainnya kepanasan. Jadilah rebutan hidup atau mematikan pendingin ruangan. Sabar dan memang harus sabar. Butuh kebesaran hati. (Mukhtar Hadi, 27/05/2024).

 

BERITA LAINNYA

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini