Sabtu, Desember 6, 2025
BerandaArtikelPENDIDIKAN MUHAMMADIYAH METRO: ANTARA CITA-CITA DAN TUJUAN YANG MASIH KABUR

PENDIDIKAN MUHAMMADIYAH METRO: ANTARA CITA-CITA DAN TUJUAN YANG MASIH KABUR

Fenomena banyaknya lulusan sekolah Muhammadiyah di Kota Metro yang memilih kuliah di luar Lampung, terutama di Pulau Jawa, menarik untuk diperhatikan. Pilihan ini bukan berarti mereka meragukan kualitas pendidikan di Metro, tetapi sering kali dilandasi oleh pertimbangan strategi, peluang karier, dan prestise akademik.

Hal ini memunculkan pertanyaan: apakah perguruan tinggi di Metro belum mampu bersaing dengan kampus lain, baik negeri maupun swasta? Apakah kualitas pendidikan tinggi di Metro belum sesuai dengan harapan masyarakatnya sendiri?

Berdasarkan data Dinas Pendidikan Kota Metro tahun 2023–2025, terlihat bahwa sebagian besar lulusan SMA dan SMK di Metro lebih memilih kuliah di luar daerah. Mereka yang tetap kuliah di Metro umumnya karena faktor keluarga, biaya, atau tidak lolos di perguruan tinggi negeri yang diinginkan. Ini menjadi sinyal bahwa daya tarik perguruan tinggi di Metro masih perlu ditingkatkan.

Meski begitu, keberhasilan sekolah-sekolah Muhammadiyah di Metro, terutama di jenjang dasar dan menengah, tidak dapat diabaikan. SMA Muhammadiyah Metro, misalnya, telah terbukti melahirkan siswa-siswi unggul dengan kemampuan akademik setara nasional. Namun, keberhasilan ini justru memunculkan dorongan baru: para lulusan berprestasi ingin melanjutkan ke kampus dengan reputasi sepadan yang kebanyakan berada di luar Lampung.

Daya Tarik “The Big Four” dan Prestise Akademik

Salah satu alasan utama lulusan berprestasi memilih kuliah di luar Lampung adalah daya tarik kampus bergengsi tingkat nasional. Perguruan tinggi negeri seperti UI, ITB, UGM, dan UNAIR yang sering dijuluki “The Big Four” masih menjadi incaran utama.

Bagi banyak siswa, kuliah di kampus ternama dianggap sebagai kesempatan untuk membuktikan diri di lingkungan akademik yang kompetitif. Selain itu, ijazah dari universitas besar dinilai memiliki nilai jual lebih tinggi di dunia kerja. Tak hanya itu, belajar di luar Lampung juga membuka peluang untuk memperluas jaringan dan pengalaman hidup yang tidak mereka dapatkan di lingkungan lokal.

Ketersediaan dan Kemajuan Program Studi Spesifik

Meskipun Perguruan Tinggi Muhammadiyah (PTM) di Lampung terus berbenah dengan fasilitas modern dan akreditasi yang baik, ada beberapa jurusan tertentu yang memang lebih unggul di luar daerah.

Program studi di bidang kedokteran, teknologi tinggi, atau seni murni, misalnya, sering kali memiliki pusat keunggulan (center of excellence) di kota-kota besar. Di sana, tersedia kurikulum yang lebih maju, laboratorium lengkap, dan koneksi industri yang kuat. Inilah yang membuat sebagian lulusan memilih untuk merantau demi mendapatkan pendidikan yang sesuai dengan minat dan bidang spesialisasinya.

Ambisi Mandiri dan Ekspansi Pengalaman Hidup

Faktor non-akademik juga turut berperan. Banyak lulusan Muhammadiyah Metro ingin merasakan hidup mandiri dan keluar dari zona nyaman. Kuliah di luar kota memberikan mereka kesempatan untuk belajar mengatur keuangan, menghadapi tantangan baru, serta beradaptasi dengan lingkungan sosial dan budaya yang beragam.

Kota-kota besar seperti Yogyakarta dan Jakarta menawarkan pengalaman hidup yang lebih luas. Yogyakarta, misalnya, dikenal sebagai kota pelajar yang penuh nilai budaya dan seni, sementara Jakarta menjadi pusat ekonomi dan industri. Pengalaman ini menjadi bekal berharga bagi para mahasiswa ketika mereka terjun ke dunia profesional.

Sebuah Keputusan Strategis

Perguruan tinggi Muhammadiyah di Metro kini berada di tengah persaingan yang ketat. Mereka harus menghadapi tuntutan akreditasi, menarik calon mahasiswa baru, dan menyesuaikan diri dengan kebutuhan industri. Dalam kondisi seperti ini, sering kali muncul dilema antara idealisme dakwah dan kebutuhan pasar.

Tujuan pendidikan yang seharusnya membentuk kader berintegritas kadang bergeser menjadi upaya memenuhi tuntutan pragmatis: bagaimana lulusan bisa cepat mendapat pekerjaan. Akibatnya, arah pendidikan menjadi kabur antara idealisme dan kebutuhan bertahan hidup institusi.

Namun sesungguhnya, Muhammadiyah Metro tidak kekurangan cita-cita. Yang masih lemah adalah bagaimana cita-cita itu diterjemahkan dalam praktik nyata. Diperlukan reorientasi serius agar semangat “Metro sebagai Kota Pendidikan” benar-benar diwujudkan, bukan hanya menjadi slogan.

Jika tidak ada langkah nyata untuk memperkuat kualitas dan arah pendidikan tinggi di Metro, khususnya perguruan tinggi Muhammadiyah, maka lembaga-lembaga ini dikhawatirkan hanya akan menjadi simbol sejarah besar di masa lalu, namun kehilangan makna dan relevansi di masa depan.

Muhammad Fahdhi Fauzi Akbar
Mahasiswa Doktoral Pendidikan Bahasa Indonesia
Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka Jakarta

 

BERITA LAINNYA

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini