Mukhtar Hadi
Wakil Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kota Metro
Hari ini, Rabu (03/07/2024), saya beserta dengan jamaah haji kloter CKG 33 Kota Metro berkesempatan ziarah ke Jabal Uhud (Gunung Uhud) di Madinah. Jabal Uhud sendiri berjarak kurang lebih 3 km dari Masjid Nabawi. Jabal Uhud sekarang ini menjadi salah satu destinasi wisata religius bagi para jamaah haji dan umrah dari berbagai negara. Kondisi Jabal Uhud sekarang telah dilakukan pemugaran dan ditata sedemikian rupa oleh pemerintah Arab Saudi, sehingga membuat para peziarah lebih nyaman.
Bila kita kesana, telah tersedia lahan parkir yang sangat luas dan bisa menampung puluhan bus dan mobil peziarah. Telah dibangun pula sebuah masjid, fasilitas toilet dan tempat wudhu. Kios-kios dibangun bagi para pedagang untuk melayani para peziarah. Makam para syuhada perang Uhud tepat berada di tengahnya dan dipagari dengan pagar kawat tinggi disertai papan panduan bagi para peziarah dari berbagai bahasa. Salah satunya dengan bahasa Indonesia. Jika panas dan kehausan tidak perlu khawatir, ada banyak mobil box yang membagikan secara gratis air minum kemasan.
Jabal Uhud merupakan salah satu situs penting dalam catatan sejarah Islam. Disinilah dulu sekitar tahun 3 Hijrah Nabi dan para pengikutnya berperang menghadapi kaum kafir Quraish. Karena terjadinya di tempat ini, maka peperangan itu disebut dengan perang Uhud. Perang Uhud sendiri adalah salah satu peperangan yang pernah dialami oleh kaum muslimin dari beberapa peperangan lain yang pernah terjadi dalam awal mula penyebaran dan dakwah Islam.
Namun perang Uhud adalah satu-satunya peperangan yang meninggalkan catatan kelam. Kurang lebih 70 orang sahabat Nabi gugur dalam peperangan ini. Salah satunya adalah paman Nabi yaitu Hamzah bin Abdul Muthalib. Para syuhada perang Uhud ini dimakamkan di lokasi bekas peperangan yang makamnya sampai sekarang menjadi bagian dari situs jabal Uhud.
Dalam buku-buku sejarah Islam dijelaskan penyebab kekalahan kaum muslimin dalam perang Uhud. Saat itu, sebenarnya pasukan Islam sudah hampir mendapatkan kemenangan walaupun dengan jumlah pasukan yang lebih sedikit dibandingkan dengan pasukan kaum kafir Quraish. Merasa sudah diambang kemenangan, pasukan pemanah yang ditugaskan di atas bukit oleh Rasulullah ternyata tergiur dengan harta rampasan perang pasukan musuh. Mereka meninggalkan posisinya dan turun hendak mengambil rampasan perang.
Melihat kondisi itu, musuh kemudian berusaha memutar ke belakang dan naik ke atas bukit lalu melakukan penyerangan terhadap pasukan yang sedang sibuk mengambil rampasan perang tersebut. Akibatnya pasukan Islam kalang kabut dan membuat 70 orang wafat sebagai syuhada. Mereka sudah diingatkan oleh Rasulullah sebagai pemimpin pasukan, agar tetap berada dalam posisinya, tetapi mereka mengabaikannya. Dalam perang tersebut Rasulullah sendiri akhirnya juga mengalami luka-luka. Akhirnya kaum muslimin mengalami kekalahan dalam perang ini.
Belajar dari perang Uhud itu ada pelajaran yang dapat kita petik. Pertama, perjuangan dalam menegakkan kebenaran, mendakwahkan Islam dan memenangkan suatu tujuan yang baik haruslah dilakukan dengan cara dan strategi yang tepat yang telah digariskan dan ditetapkan bersama. Semua orang harus mematuhi semua komitmen dan ketentuan tersebut. Namun apabila ada orang per orang atau sekelompok orang dalam barisan yang meninggalkan atau menyimpang dari komitmen bersama tersebut maka akan merugikan perjuangan dan membuat kegagalan dalam mencapai tujuan bersama.
Kedua, Dalam setiap perjuangan selalu ada pemimpin dan kepemimpinan. Pemimpin ada untuk diikuti dan dipatuhi selagi ia tetap berada dalam kebaikan dan garis perjuangan. Tidak boleh ada dalam satu barisan orang-orang yang membangkang terhadap pemimpinnya. Mengabaikan perintah dan membangkang terhadap garis ketetapan yang telah ditentukan. Ketidakpatuhan terhadap pemimpin mengakibatkan kekacauan dan dapat mengancam kegagalan dalam mencapai tujuan bersama.
Ketiga, salah satu hal yang dapat merusak perjuangan dalam mencapai tujuan bersama (organisasi, lembaga) adalah keserakahan terhadap materi. Orang-orang yang berusaha mendapatkan keuntungan materi secara tidak patut dalam organisasi maka akan merusak tujuan perjuangan. Orang-orang ini akan bekerja dan berjuang hanya untuk tujuan materi semata. Terlepas darinya tujuan mulia perjuangan yaitu menggapai Ridha Allah SWT. Hilang jiwa keikhlasan dalam dirinya dan hilang pula spirit perjuanganya. Mereka akan bergerak hanya jika ada keuntungan materi di dalamnya. Pada akhirnya organisasi atau institusi hanya menjadi tujuan memuaskan hasrat untuk mendapatkan keuntungan materi secara tidak patut dan beradab.
Demikianlah sebagian pelajaran dari Jabal Uhud. Lebih tepatnya pelajaran dari perang Uhud. Pelajaran ini sangat bagi kita semua yang diberikan amanah dalam level apapun dalam organisasi dan institusi kita masing-masing. Semoga kita semua dapat mengambil hikmah dan pelajaran dari peristiwa penting dalam perjalanan dakwah Islam tersebut. Wallahu a’lam bishawab. (MH.04.07.24).