Mukhtar Hadi
Wakil Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kota Metro
Haji bukan sekedar ritual peribadatan yang syarat, rukun dan wajibnya telah ditetapkan oleh Allah SWT. Lebih dari itu haji adalah forum pertemuan terbesar umat Islam seluruh dunia. Tidak ada agama manapun yang memiliki ritual yang bisa menghadirkan umatnya dari seluruh dunia seperti ibadah haji. Menariknya lagi kehadiran umat Islam dari seluruh dunia untuk mengunjungi Ka’bah di kota Mekah itu bukan karena dimobilisasi atau digerakkan oleh kekuatan politik atau kekuasaan. Akan tetapi dengan kesadaran murni tanpa paksaan dari siapapun dan kekuatan manapun. Kesadaran dan kerelaan yang mendorong itu adalah keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT. Kehadiran umat Islam seluruh dunia itu adalah semata-mata memenuhi panggilan Allah SWT.
Gambaran dari rasa sukarela untuk melaksanakan ibadah haji itu tergambar dari kalimat talbiah yang sejak berangkat hingga sampai ke Baitullah terus dikumandangkan oleh jamaah haji. Labbaikallahumma labbaik, labbaikala syarikalaka labbaik, Innal hamda, wanni’mata laaka wal mulk, laasyarikalak. Aku penuhi panggilan-Mu Ya Allah, aku penuhi panggilan-Mu tidak ada sekutu bagi-Mu, sesungguhnya segala puji, kenikmatan dan kekuasaan hanya milik-Mu, tidak ada sekutu bagi-Mu. Kalimat talbiah yang menggetarkan ini melambangkan kerelaan, keridhoan dan keikhlasan bahwa kehadiran seluruh manusia untuk menunaikan ibadah haji adalah semata memenuhi panggilan-Nya dan mentauhidkan Allah SWT.
Data dari Badan Otoritas Umum Statistik Arab Saudi (Gastat) menunjukkan bahwa pada tahun 2024 ini tercatat ada 1.833.164 umat Islam yang secara resmi tercatat menunaikan ibadah haji. Dari jumlah tersebut 1.611.310 berasal dari luar negeri dan 221.854 berasal dari dalam negeri. Jika diprosentasekan jamaah dalam negeri sekitar 22,3%, dari negara-negara Asia selain Arab 63,3%, dari Afrika 11,3% dan dari Eropa, Amerika, Australia dan lain-lain sebanyak 3,2%.
Itupun diperkirakan ada kurang lebih lima ratusan ribu jamaah haji yang ikut berhaji tetapi tidak memiliki visa haji resmi. Jamaah haji tanpa visa resmi ini oleh pemerintah Arab Saudi sering dilakukan razia. Akan tetapi belakangan menjelang pelaksanaan puncak haji mereka diberikan “dispensasi” atau tetap dibiarkan untuk tetap melaksanakan ibadah haji dengan alasan kemanusiaan. Dengan demikian, jika haji resmi dan tidak resmi ini dijadikan satu, maka kurang lebih ada 2,3 juta orang yang datang dan menunaikan ibadah haji ke kota Mekah.
Jutaan umat Islam itu datang dari seluruh penjuru dunia dan dari berbagai negara. Dimana ada umat Islam, dipastikan dari negara itu ada yang berangkat ke tanah suci. Inilah pertemuan terbesar umat manusia dalam tempat dan waktu yang sama. Karena itu bisa dapat dikatakan bahwa haji adalah muktamar terbesar umat Islam seluruh dunia.
Sebagai sebuah muktamar umat Islam seluruh dunia dengan latar belakang etnik dan budaya yang berbeda-beda, maka haji juga merupakan parade etnik dan budaya terbesar yang pernah ada di dunia. Kita bisa menyaksikan orang dengan segala warna kulitnya hadir di sana. Ada yang berkulit hitam, berbadan tinggi, yang kebanyakan berasal dari negara-negara benua Afrika. Ada yang berkulit kuning keputih-putihan dan bermata sipit yang berasal dari Cina, Korea dan Jepang. Ada yang berkulit coklat, tinggi badan sedang, hidung pesek, yang berasal dari Asia Tenggara seperti Indonesia, Malaysia, Thailand, Singapura dan sekitarnya. Ada yang berkulit putih, hidung mancung dengan tinggi badan sedang yang kebanyakan dari Turki, Uzbekistan, Kirgistan, Turkmenistan, dan sebagainya. Ada yang berkulit putih, badan tinggi dan mancung hidungnya, seperti jamaah haji dari Rusia, Australia, Amerika dan beberapa negara Eropa. Ada yang berkulit hitam kecoklatan, tinggi badannya dan mancung hidungnya seperti yang berasal dari India, Pakistan, Bangladesh, Afghanistan, Mesir, Iran, Oman, Yordania dan yang berada dalam kawasan itu. Pendek kata semua etnik dengan segala ciri khas fisiknya datang dalam muktamar Akbar yang bernama haji.
Maha besar Allah dengan segala firman-Nya yang menyatakan bahwa manusia diciptakan berbangsa-bangsa dan bersuku-suku adalah supaya saling kenal mengenal. Tidak ada kemuliaan bagi etnik dan suku bangsa atau ras tertentu di mata Allah SWT kecuali dari ketakwaannya (QS. Al-Hujurat: 13). Orang Arab tidak lebih mulia dibandingkan dengan orang non- Arab, begitu juga sebaliknya. Orang Eropa yang tinggi putih dan berhidung mancung tidak lebih mulia dari orang Afrika yang berkulit hitam atau orang Asia yang bertubuh pendek bermata sipit. Semuanya sama di mata Allah SWT. Derajatnya ditentukan oleh keimanan dan ketakwaannya.
Dengan demikian ibadah haji juga merupakan bentuk proklamasi persamaan dan kesetaraan umat manusia. Sekaligus juga merupakan perlawanan terhadap segala bentuk diskriminasi atas dasar etnik dan ras. Perlawanan terhadap sikap intoleran kepada kelompok lain yang berbeda. Haji juga salah satu bentuk contoh penghargaan dan penghormatan terhadap kelompok lain yang berbeda etnik dan mungkin berbeda pandangan.
Lihatlah mereka yang datang dari seluruh penjuru dunia dengan latar belakang yang berbeda itu melakukan rukuk dan sujud yang sama ke Baitullah. Mereka bertawaf mengelilingi Ka’bah dengan tertib dan teratur, saling menghargai dan menghormati. Mereka ber-sa’i dalam lintasan yang sama dengan alur yang sama pula. Tidak saling mendorong dan berdesak-desakan. Betapa indah yang mereka tunjukkan dalam ritual yang bernama ibadah haji dalam satu muktamar kemanusiaan. Tujuannya sama mengharapkan ridho ilahi Rabbi. (MH.22.06.24).