Mukhtar Hadi
Wakil Ketua PDM Kota Metro
Jabal Rahmah secara bahasa berarti Gunung Kasih Sayang. Merupakan sebuah gunung atau lebih tepatnya sebuah bukit yang tingginya kurang lebih 71 meter dari permukaan tanah. Berada sangat dekat di sekitaran Arofah. Pada musim haji ketika Wukuf di Arofah banyak jamaah haji yang mendaki gunung ini di lereng-lerengnya hingga sampai puncaknya. Pada puncak gunung ditandai dengan sebuah tugu putih setinggi delapan meter. Di lereng atau di puncak gunung ini mereka berdoa memohon pengampunan dari Allah SWT, memohon untuk diberikan kelanggengan dalam membangun rumah tangga, atau bagi yang belum mendapatkan jodoh untuk segera mendapatkannya.
Jabal Rahmah diyakini sebagai tempat yang mustajab untuk menguatkan kasih sayang dan mendapatkan kasih sayang. Di tempat inilah dahulu manusia pertama yang diciptakan oleh Allah SWT, yaitu Nabi Adam ‘alaihissalam dan istrinya Hawa bertemu kembali setelah diusir dari surga dan segala kesalahannya diampuni oleh Allah SWT. Berawal dari sini pula, Nabi Adam dan Ibunda Hawa menyemai dan meneguhkan kasih sayang hingga melahirkan anak keturunan yang kemudian turun menurun dari generasi ke generasi. Termasuk kita semua merupakan bagian dari anak keturunan Adam dan Hawa.
Di gunung Jabal Rahmah ini pula, saat wukuf pada Haji Wada (haji perpisahan), Nabi SAW menyampaikan khutbah terakhirnya dihadapan kurang lebih 140.000 kaum muslimin. Khutbah yang sangat menggetarkan dan menghujam hati sanubari para sahabat dan semua yang hadir saat itu. Khutbah terakhir karena setelah itu, tiga bulan kemudian Beliau wafat.
Rasulullah SAW dalam khutbah wada itu menyampaikan agar jangan kembali kepada kekufuran setelah Beliau wafat, jangan saling membunuh dan memerangi satu sama lain. Anggaplah sucinya hari ini dan tempat ini seperti halnya sucinya jiwa kaum muslimin. Jagalah jiwa dan harta orang lain, dan jangan saling menyakiti.
Nabi juga mengingatkan untuk meninggalkan riba karena riba adalah perbutaan yang dilarang oleh Allah SWT. Waspadalah terhadap syetan. Syetan telah berputus asa terhadap kalian dari perkara-perkara yang besar, maka ia akan mencoba menggoda dengan perkara-perkara yang kecil. Beliau juga mengingatkan agar kaum muslimin untuk bersikap baik dan berlemah lembut terhadap wanita dan terutama kepada istri yang telah mendampingi dalam suka dan duka.
Dalam bagian terakhir khutbahnya di Jabal Rahmah itu Rasulullah mengingatkan agar kewajiban shalat lima waktu, puasa, zakat, serta haji bagi yang mampu, untuk betul-betul ditegakkan dan ditunaikan. Setiap muslim adalah bersaudara, tidak ada yang lebih baik atau mulia diantara yang lain disisi Allah kecuali mereka yang bertakwa. Setiap manusia akan menghadap Allah SWT dan akan dimintai pertanggung jawaban atas apa yang pernah diperbuatnya. Tidak akan ada Nabi lagi setelahnya, karena itu berpegang teguhlah pada dua hal yaitu Al-Qur’an dan Sunnah Nabi SAW.
Demikianlah, Jabal Rahmah adalah saksi sejarah pertemuan dua manusia mulia, Adam dan Hawa. Pertemuan yang diliputi dengan ampunan dari Allah SWT sekaligus sebagai peneguhan rasa kasih sayang. Jabal Rahmah juga merupakan sejarah peneguhan bagi kesempurnaan ajaran Islam yang syumul dan universal. Setelah khutbah Rasulullah yang menggetarkan itu, Allah menurunkan Al-Qur’an ayat terakhir yaitu surat Al-Maidah ayat 3. Ayat ini berisi penegasan dari Allah SWT bahwa agama Islam merupakan agama yang telah sempurna dan sebagai agama yang diridloi.
Jabal Rahmah juga merupakan simbol bahwa setiap pertemuan pasti akan berakhir dengan perpisahan. Jabal Rahmah adalah simbol rekonsiliasi, tentang kehidupan yang saling menghargai, menghormati, dan penghargaan terhadap kesetaraan antar sesama manusia. Terakhir, Jabal Rahmah adalah simbol tanggungjawab terhadap tugas pribadi dan kemanusiaan. Tugas yang nanti akan dimintai pertanggung jawabannya di hadapan Allah SWT. (MH.06/06/24)