Semua bangsa memiliki satu visi utama memberikan kemakmuran bagi seluruh rakyatnya. Bahkan di Indonesia sudah ada dalam UUD 1945, bahwa segala sumber daya alam untuk kemakmuran masyarakat. Tetapi fakta di Indonesia itu belum terasa, karena potensi alam belum utuh untuk masyarakat, lebih untuk mereka yang memiliki uang dan kekuasaan.
Belajar dari Makkah dan Madinah, kemakmuran bukan terletak pada sumber daya alam, tetapi lebih pada fokus dan orientasi hidup masyarakat. Ketika Tauhid sebagai pusat perhatian dan fokus aktivitas maka kemakmuran akan hadir.
Kemakmuran Makkah karena semua manusia berfokus pada baitullah, mereka memiliki kerinduan dan keinginan jumpa dengan Allah SWT. Sehingga mereka berusaha keras untuk hadir dan berjumpa dengan Allah dalam sujudnya di baitullah.
Madinah sebagai kota nabi, manusia tertuju ingin dekat dengan nabi Muhammad SAW, mereka semua berkunjung dan banyak bersholawat kepada nabi sebagai bukti cinta kepada nabi Muhammad SAW. Sehingga kemakmuran itu nampak baik lahiriah maupun batiniah.
Dua kata kunci kemakmuran, fokus pada Allah SWT dan mengikuti Rasulullah SAW. Jika semua masyarakat elit dan alit berfokus pada Allah SWT, maka mereka akan memiliki rasa takut kepada Allah SWT, sehingga memanfaatkan sumber daya sebaik mungkin. Mereka akan memanfaatkan untuk kepentingan rakyat bukan untuk pribadi dan kelompok.
Allah SWT berfirman:
اذ قَالَ اِبْرٰهٖيمُ رَبِّ اجْعَلْ هٰذَا بَلَدًا اٰمَنَ مِنْهُمْ بِاللّٰهِ وَالْيَوْمِ الْاٰخِرِۗ قَالَ وَمَنْ كَفَرَ فَاُمَتِّعُهٗ قَلِيْلًا ثُمَّ اَضْطَرُّهٗٓ اِلٰى عَذَابِ النَّارِ ۗ وَبِئْسَ الْمَصِيْرُ
“Dan (ingatlah) ketika Ibrahim berdoa, “Ya Tuhanku, jadikanlah (negeri Makkah) ini negeri yang aman dan berilah rezeki berupa buah-buahan kepada penduduknya, yaitu di antara mereka yang beriman kepada Allah dan hari kemudian,” Dia (Allah) berfirman, “Dan kepada orang yang kafir akan Aku beri kesenangan sementara, kemudian akan Aku paksa dia ke dalam azab neraka dan itulah seburuk-buruk tempat kembali.” (QS: Al-Baqarah [2]: 126).
Inilah doa nabi Ibrahim as untuk kemakmuran Makkah. Bisa kita belajar bahwa doa bukan sekedar doa, tapi sebuah komitmen besar dari seorang Nabi untuk generasi nya. Pertanyaannya adalah: apakah para pemegang kewenangan di negeri ini berfikir dan berdoa tentang generasi masa depan? Kemudian berdoa dan membangun sistem spiritual yang kuat di negeri ini? Atau hanya mencari keuntungan dari masyarakat ini.
Jika spiritual atau iman ditinggalkan, materi menjadi nomor satu di negeri ini maka sungguh keberkahan dan kemakmuran tidak akan terwujud. Jika kita lihat negara non Muslim yang makmur, mereka menjunjung tinggi nilai moral dan spiritual. Sehingga korupsi adalah musuh nyata, ketidakadilan adalah musuh.
Sedangkan Madinah mendapatkan doa nabi Muhammad saw :
اللَّهُمَّ إِنَّ إِبْرَاهِيمَ كَانَ عَبْدَكَ وَخَلِيلَكَ دَعَا لِأَهْلِ مَكَّةَ بِالْبَرَكَةِ وَأَنَا مُحَمَّدٌ عَبْدُكَ وَرَسُولُكَ أَدْعُوكَ لِأَهْلِ الْمَدِينَةِ أَنْ تُبَارِكَ لَهُمْ فِي مُدِّهِمْ وَصَاعِهِمْ مِثْلَيْ مَا بَارَكْتَ لِأَهْلِ مَكَّةَ مَعَ الْبَرَكَةِ بَرَكَتَيْنِ
Artinya: “ Ya Allah,sesungguhnya Ibrahim adalah hamba dan kekasihmu dia berdoa memohon kepada-Mu keberkahan untuk penduduk Makkah, dan aku Muhammad adalah hamba dan utusan-Mu dan aku berdoa untuk penduduk Madinah, berkahilah mereka dalam mud dan sha’ mereka sebagaimana Engkau telah berkahi penduduk Makkah satu keberkahan berlipat menjadi dua keberkahan.
Mari kita lihat pola kemakmuran Makkah dan Madinah, sungguh sama, hasil dari sebuah kekuatan spiritual bukan material. Karena kekuatan spiritual akan membentuk masyarakat menjadi kuat secara mental dan intelektual, karena mereka bertanggung jawab dengan Tuhannya dan Nabinya.