Minggu, Januari 26, 2025
BerandaBeritaPDM Kota Metro Belajar Pengelolaan Jamaah, dari Muhammadiyah Gunung Kidul Yogyakarta

PDM Kota Metro Belajar Pengelolaan Jamaah, dari Muhammadiyah Gunung Kidul Yogyakarta

Gugung Kidul-Pada hari Ahad, 28/04/24, Muhammadiyah Kota Metro melakukan silaturahmi Studi Inspirasi ke Pimpinan Daerah Muhammadiyah Gunung Kidul, Yogyakarta. Tujuan kami adalah kantor PDM Gunung Kidul (GK). Dari Yogyakarta ke arah selatan lalu melewati sedikit jalan berbukit dan berliku. Kami tiba di Kota Wonosari, Ibukota Kabupaten Gunung Kidul sekitar pukul delapan pagi hari. Bersamaan waktunya hari Ahad itu ada kegiatan ‘pasar tumpah” mingguan tempat dimana usaha UMKM menjajakan hasil usahanya. Cukup padat dan ramai memenuhi jalan sekitar alun-alun Wonosari.

Kantor PDM tepat berada di seberang jalan alun-alun tersebut. Karena jalannya macet terpaksa kendaraan kami di parkir agak jauh dari posisi kantor PDM. Baru tahu sebenarnya ada jalan masuk khusus ke kantor PDM tanpa harus melewati jalan yang disesaki pasar tumpah tersebut. Tapi ya sudahlah, yang penting kami sudah sampai di sana.

Kabupaten Gunung Kidul memiliki luas kurang lebih 46,44%  dari luas Provinsi Yogyakarta, terdiri dari 18 Kecamatan. Ada kurang lebih 100  pantai dengan kelebihannya yaitu air laut yang jernih karena pantai di GK tidak dimasuki sungai yang langsung mengalir ke laut. Ada satu sungai, Moyong namanya, tapi muaranya di Bantul, Parangtritis. Muhammadiyah GK sendiri punya satu destinasi pantai, namanya Pesisir-Mu, kurang lebih satu jam perjalanan dari Kota Wonosari.

Menurut data survei, Muhammadiyah GK itu mayoritas, dasarnya kurang lebih delapan puluh persen amaliah keagamaan warga Gunung Kidul mengikuti amaliah Muhammadiyah (misalnya, shalat subuh tanpa Qunut, Tarawih 11 Rakaat, waktu lebaran berdasarkan putusan PP, dll). Kalau toh bukan Muhammadiyah, namun setidaknya berafiliasi dengan Muhammadiyah. Berdasarkan data Pimpinan Daerah Muhammadiyah GK, Muhammadiyah  memiliki 1420 Masjid/Musholla. Kekhasan ini tentu tidak sama dengan tempat-tempat lain, sehingga jika bicara soal pembinaan jamaah di tempat lain tidak bisa persis disamakan dengan cara-cara pembinaan di GK. Begitu kata Sampurno Dadi, Ketua PDM GK.

Indikator Pembinaan Jamaah di Muhammadiyah GK itu empat saja, yaitu Kemakmuran Masjid, Kegiatan pembinaan (pengajian rutin), pengajian ahad pagi, Korp Mubaligh Muhammadiyah (KMM). Pimpinan Muhammadiyah perlu dipetakan sesuai dengan keahliannya, ada perencana, konseptor, administrator, penceramah, dll. Yang memiliki keahlian Tabligh diberi tugas untuk mengurusi kegiatan dakwah.

Semua Pimpinan Cabang Muhammadiyah di GK harus memiliki kegiatan pengajian Ahad Pagi dengan basis ranting. Di GK, ada ranting yang kalau pengajian jamaahnya bisa mencapai seribuan jamaah. Pengajian dilaksanakan jam enam sampai tujuh pagi. Pengajian diusahakan on-time, karena setelah itu jamaah akan memiliki kesibukan harian, seperti ke sawah, berkebun,dll. Di sela-sela pengajian dibarengi dengan kegiatan ekonomi, infaq jamaah dengan natura, infak tidak selalu dengan uang, bisa membawa kue, sayuran, jajanan, dsb. Setiap PCM dibentuk Takmir-Mu, grup WA yang beranggotakan takmir masjid yang terhubung dengan takmir masjid Daerah.  Khutbah Jumat diusahakan dengan dua bahasa, Indonesia dan Jawa. Hal ini supaya dekat secara emosional dan menyentuh hati jamaah yang mayoritas suku Jawa.  

Muhammadiyah GK menempatkan lembaga KMM sebagai Amal Usaha Muhammadiyah (AUM) di bawah Majelis Tabligh, kedudukannya sama dengan AUM lain seperti pendidikan, kesehatan, dan ekonomi. KMM diangkat oleh PDM atas usul Majelis Majlis Tabligh. KMM terdiri dari Direktur, wadir Administrasi keuangan, Wadir Kurikulum dan pembinaan Mubaligh, wadir-wadir  dibantu oleh Staf.

Sebagai AUM, KMM menawarkan program kepada para takmir masjid untuk bergabung dalam kegiatan KMM. Saat ini masjid yang ikut program KMM atau menjadi anggota sudah mencapai 170 masjid, bahkan sebelum Covid-19 pernah mencapai lebih dari 200 masjid. Sebagai anggota KMM, masjid memiliki kewajiban memberi kontribusi sebesar 300.000 rupiah ke KMM setiap bulan dan dapat layanan pengajian empat kali sebulan.

Dengan anggota KMM 170 masjid dan kontribusi tiga ratus ribu per bulan maka KMM-GK setidaknya mengelola dana sekitar lima puluh satu juta rupiah per bulan.  kontribusi bisa bertambah sesuai dengan jumlah layanan pengajian yang diberikan. Muballigh Muhammadiyah adalah pegawai persyarikatan yang ditugasi sebagai penggerak, penganjur, dan pelaksana kegiatan dakwah dan tabligh kepada warga Muhammadiyah dan masyarakat luas. Muballigh diberikan  gaji dan kesejahteraan lain dari kerja profesionalnya, pembinaan dan pengembangan ilmu, pembinaan amal dan akhlak, serta jaminan kesehatan melalui Mu-Care dari RSU PKU Muhammadiyah Wonosari.

Muballigh KMM dievaluasi secara periodik setiap satu tahun sekali,  untuk memastikan akhlak dan integritasnya tetap terjaga, dan komitmennya tetap kuat. Evaluasi Mubaligh KMM dilakukan dengan ujian lisan dan tulis. Tugas mubaligh KMM, memberikan pengajian antara 3- 5 kali per pekan dan diberi insentif 75.000 ribu rupiah per pengajian. Mereka masing-masing memiliki catatan dan data  absensi kegiatan pengajian.

Pengawasan dilakukan dengan memberikan adanya Buku Kendali  Pengajian yang berisi tentang waktu pelaksanaan pengajian, mubaligh, materi yang disampaikan, jumlah jamaah, dan catatan-catatan lainnya. Jamaah bisa memberikan informasi dan evaluasi terhadap para Dai dan bsa disampaikan langsung ke pengurus KMM. Semua dilakukan secara profesional. Boleh dikatakan ini adalah Pengajian yang dikelola secara profesional. Ukuran profesionalnya adalah kompetensi dan adanya gaji atau jaminan kesejahteraan. Gaji tetap memang belum, tetapi baru honor pada setiap kehadiran, jaminan kesehatan dan Tunjangan Hari Raya. KMM sedang berfikir dan mengarahkan diri untuk memberikan gaji tetap kepada para mubaligh.

Tidak selalu semuanya tanpa kendala. Problem yang sering terjadi, misalnya 30 kegiatan pengajian dalam satu malam, ada tiga saja dai yang berhalangan, maka harus dicarikan pengganti, sampai-sampai direktur terkadang harus menggantikan. Kendala jarak merupakan problem lainnya. Ada  jamaah/masjid yang berada jauh dengan jarak sampai 56 KM dari Wonosari terutama yang berada di daerah pinggiran. Karena itu diperlukan komitmen yang tinggi dari para pengurus KMM dan para mubaligh. Di GK nama KMM sudah sangat familiar di masyarakat, sehingga para Dai sering dikenalkan sebagai Da’i KMM baik di spanduk, banner,  di acara pengajian, dimana saja dikenalkan sebagai Dai KMM.

Layani jamaah/masyarakat, maka mereka akan melayani persyarikatan. Ini motto yang menjadi pegangan KMM. Pengalaman di GK, pernah Muhammadiyah akan beli lahan senilai 2 M, begitu disampaikan pada jamaah, dalam satu minggu terkumpul dana 3 M, terkumpul lebih dari kebutuhan. Dengan tagline:  Semua Kebutuhan Keagamaan, Hubungi KMM maka Selesai. KMM jadi idola masyarakat, bahkan ada Dai yang satu hari bisa mengisi pengajian 5 sampai 6 kali  atas penugasan KMM (bisa dihitung kesejahteraan yang bisa diperoleh Dari, tujuh puluh lima ribu dikalikan lima dalam sehari). Dai KMM secara sosial mendapatkan kedudukan secara sosial yang cukup baik. Kami membahasakan KM jadi tempat pansos (panjat sosial) bagi para Dai.

Sumber berita: Mukhtar Hadi

BERITA LAINNYA

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini