Seorang pemimpin bukan hanya kuat fisiknya akan tetapi kuat pikirannya, sehingga dia adalah pemimpin yang memiliki pikiran, memiliki gagasan dan memiliki solusi dalam setiap problematika kehidupan keumatan.
Dalam puasa seorang pemimpin dilatih untuk tidak berpikir buruk, tetapi dilatih untuk selalu positif thinking, menghilangkan toxic thinking, dan negatif thinking. Sehingga seorang pemimpin pikirannya akan selalu baik dan bersih, karena pikirannya akan digunakan memutuskan sebuah kesimpulan dan keputusan, tanpa kejernihan maka bisa berdampak pada keputusan sepihak, emosional dan kurang matang.
Rosulullah saw mengajarkan seorang pemimpin yang tidak boleh memutuskan dengan emosi pribadinya, seperti ketika perjanjian hudaibiyah, nabi benar-benar menggunakan pikiran kejernihan, pemikiran yang dipenuhi hikmah ilahiah, sehingga walau dianggap salah adalah awal sebuah kemenangan.
Sebagai seorang pemimpin dalam suatu institusi, tentu harus mengembangkan pemikiran pemikiran yang sudah lama ada, atau mengubah pemikiran lama menjadi pemikiran yang baru.
Pikiran pemimpin dapat dikembangkan melampaui non-pemimpin dalam empat bidang kritis yaitu; pikiran terbuka, pemikiran system, dan penguasaan pribadi.
Dalam buku yang dikemukakan Richard L. Daft yang berjudul “The Leadership Experience”(2018,140), Secara Bersama-sama keempat disiplin ini memberikan landasan yang dapat membantu para pemimpin memeriksa model mental mereka dan mengatasi titik– titik buta yang dapat membatasi efektivitas kepemimpinan mereka dan keberhasilan organisasi mereka sebagai berikut:
Yang pertama, Berpikir Mandiri.
Berarti pemimpin mempertanyakan asumsi dan menafsirkan data dan peristiwa menurut keyakinan, ide, dan pemikirannya sendiri, dan bukan menurut aturan, rutinitas, atau kategori yang ditentukan sebelumnya oleh orang lain.
Yang kedua, Pikiran Terbuka.
Kekuatan pengkondisian yang membatasi pemikiran dan perilaku pemimpin. Ketika pemimpin menganggap mereka memiliki pengetahuan yang lengkap tentang situasi karena pengalaman masa lalu, mereka menunjukan Sindrom Pike, yang terlatih dari sebuah ketidakmampuan yang berasal dari komitmen yang kaku terhadap apa yang benar di masa lalu dan ketidakmampuan seorang pemimpin untuk mempertimbangkan alternatif dan perspektif yang berbeda. Maka, pemimpin diharuskan memiliki pemikiran alternatif dan perspektif yang berbeda supaya institusinya dapat berkembang.
Yang ketiga, System Berpikir.
Sistem berpikir adalah kemampuan untuk melihat sinergi dari keseluruhan bukan hanya elemen-elemen yang terpisah dari suatu sistem dan untuk belajar memperkuat atau mengubah keseluruhan pola system.
Berpikir sistem adalah disiplin mental dan kerangka kerja untuk melihat pola dan hubungan timbal balik. Dengan pemikiran sistem, seorang pemimpin melihat gambaran besar dan menghubungkan titik daripada hanya melihat titik-titik secara terpisah. Faktanya, terkadang mengubah satu bagian menjadi lebih baik justru membuat keseluruhan fungsi system menjadi kurang efektif. Pemikiran system memungkinkan para pemimpin untuk mencari pola Gerakan dari waktu ke waktu dan fokus pada kualitas ritme, aliran, arah, bentuk dan jaringan hubungan yang mencapai kinerja keseluruhan.
Pemimpin yang berpikir lebih mampu melakukan Penguasaan Pribadi. Penguasaan pribadi berarti menguasai diri anda sebagai seorang pemimpin dengan cara memfasilitasi kepemimpinan anda dan mencapai hasil yang diinginkan. Menguasai diri sendiri mewujudkan 3 kualitas yaitu; kejernihan pikiran, kejernihan pikiran tujuan dan pengorganisasian untuk mencapai tujuan. Kejernihan pikiran berarti komitmen terhadap kebenaran realitas saat ini. Para pemimpin senantiasa bersedia menantang asumsi dan cara standar dalam melakukan sesuatu.
Dalam sifat kenabian hal ini disebut fathanah atau cerdas, sehingga seorang pemimpin profetik harus memiliki kecerdasan pikiran yang dalam. Kecerdasan yang meliputi kemampuan membangun konsep, ide, gagasan, bahkan metodologi, penguasaan sumber dan analitik terhadap sebuah masalah. Kecerdasan ini juga masuk aspek kecepatan berfikir, karena kepemimpinan butuh kecepatan dan ketepatan, bahkan keberanian mengambil keputusan yang merdeka walau dibenci oleh orang lain