Jumat, April 18, 2025
BerandaArtikelSeri profetika puasa: Ear leader

Seri profetika puasa: Ear leader

Salah satu skill pemimpin yang hendaknya dikuasai oleh seorang pemimpin (leader) adalah mampu menjadi telinga bagi orang yang dia pimpin, baik kepemimpinan lembaga, organisasi atau pemerintahan. 

Skill ini adalah spirit puasa, bagaimana mempuasakan telinga kita dari segala pendengaran keburukan, dan selalu mendengarkan kritik dan keluhan umat. Karena pemimpin pendengar adalah orang yang paling terbuka, orang paling bijaksana. 

Banyak pemimpin yang pendengarannya lebih dominan mendengarkan keburukan. Bisikan bawahan yang hanya mencari kepentingan, dan melupakan mendengarkan nasehat, kritikan bahkan keluhan umat. 

“Kebanyakan orang tidak mendengarkan dengan tujuan untuk memahami; mereka mendengarkan dengan intensi membalas ucapan si lawan bicara,” demikian kata Stephen R. Covey, penulis buku The Seven Habits of Highly Effective People.

Artinya sebagian besar manusia belum mampu mengoptimalkan daya dengarnya. Mereka masih belum memiliki skill mendengar, apalagi untuk menjadi pemimpin pendengar (ear leader) . 

Pemimpin pendengar adalah seperti Rasulullah SAW beliau mengoptimalkan daya dengar dalam beberapa bentuk :

Yang pertama, selalu mendengarkan kebaikan-kebaikan (listen to kindness)

seorang pemimpin harus mendengarkan kebaikan apapun bentuknya, telinganya senang mendengarkan ilmu, mendengarkan lantunan ayat al quran, nasehat kebaikan dan obrolan yang bermanfaat. Pendengaranya dia jauhkan dari pendengaran keburukan, ghibah, musik yang tidak bermanfaat dan bisikan keburukan. 

Yang kedua, Mendengarkan kritik dan nasehat-nasehat (listen to criticism)

Inilah skill mendengar pemimpin yang kedua, dia orang yang terbuka, mau mendengarkan kritik dan nasehat dari siapapun. Dia lebih suka dikritik daripada dipuji, karena pujian bagi pemimpin hanya akan membuat dirinya lupa, bahwa dirinya adalah pelayan. 

Itulah yang membedakan pemimpin hari ini yang lebih mengedepankan nilai prestisius untuk menghadirkan like dan pujian bagi rakyatnya, tetapi kurang bernilai esensial. Mereka terbang menjulang, rakyat dan umatnya terjuntai di bawah tak berdaya, lemah, sakit, dan miskin. Pemimpin yang terlena dengan data tidak baik untuk perbaikan institusi yang dia pimpin. 

Pemimpin pendengar akan selalu bahagia dengan kritik, karena kekurangan akan dilihat oleh orang lain, bukan dirinya atau orang disekitarnya. Sehingga ketika ada kritik mereka bukan benci tapi malah berterima kasih, bahkan umar mengatakan untuk meluruskan dirinya dengan pedangnya. 

Yang ketiga, mendengarkan keluhan umat atau sebagai kotak sampah (trash box)

Pemimpin harus memiliki daya peka ini, mereka ibarat kotak sampah menerima segala keluh kesah rakyatnya, mencatatnya, menyelesaikan apa yang dikeluhkan. Bukan malah menyalahkan rakyatnya atau membiarkan masalah rakyatnya. 

Inilah yng dilakukan Rasulullah SAW menerima semua pertanyaan, bahkan keluhan dari umatnya, dan beliau menyelesaikan dengan bijaksana. Masalah mereka yang kekurangan makan, akan hutang, mau bercerai, masalah anak, bahkan masalah bertetangga. 

Hendaknya pemimpin ada waktu menjadi kotak sampah bagi rakyatnya, mendengarkan apa yang mereka rasakan, sehingga mereka akan mampu memberikan kebijakan yang tepat kepada mereka. 

Puasa mengajarkan itu, untuk bagaimana merasakan sakitnya penderitaan mereka, susahnya hidup mereka, sehingga ada aksi setelahnya. 

Insan profetik adalah yang mengoptimalkan pendengaran, menggunakan untuk hanya mendengarkan segala kebaikan, menerima kritik dan nasehat, bahkan lebih bahagia daripada pujian, serta menjadi kotak sampah bagi keluhan rakyatnya, bukan enak enak tidak mendengarkan. 

Puasa ke 4#

BERITA LAINNYA

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini